UMAR BIN KHATTAB RA

Umar bin Khattab ra lahir 13 tahun setelah kelahiran Rasulullahs. Nasabnya bertemu dengan Rasulullah s pada kakek ke-7 yaitu Ka’ab bin Lu’ay. Beliau termasuk pemuda Quraisy yang mulia, disegani karena kecerdasan, pembela yang lemah, keras terhadap kezholim-an dan keberaniannya yang sangat kuat.  
  Peristiwa pertama yang menyebabkan hidayah Allah swt menyinari kehidupan Umar bin Khattab ra ketika tanpa sengajabeliau bertemu Rasulullah s yang sedang shalat, beliau menceritakan : “Pada suatu malam (sebelum Islam) saya melihat Rasulullah s sholat, lalu saya mendengar beliau membaca surat Al-Haaqoh, saya sangat takjub terhadap susunan ayat-ayat Al-Qur’an itu, lalu saya bergumam: 'Demi Allah ini benar-benar kalimat penya’ir sebagaimana dikatakan oleh orang-orang Quraisy'. Lalu Rasulullah s membaca:
'Sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia. Dan Al-Qur’an bukanlah perkataan penya’ir, sedikit sekali kamu yang beriman'.
Aku bergumam :
'Dan bukanlah dia perkataan dukun, sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya. Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam...'
Maka itulah pertama kali Islam masuk di hati saya.”
Peristiwa Islamnya Umar bin Khattab ra sangat menggemparkan bumi Quraisy. Keberadaannya di pihak Rasulullah s menambah keberanian kaum muslimin untuk pertama kali sholat di Ka’bah secara terang-terangan. Dialah satu-satunya shahabat Rasulullah s yang hijrah ke Madinah secara terang-terangan tanpa sedikitpun rasa takut. Abdullah bin Mas’ud ra seorang shahabat Rasulullah s yang mulia menggambarkan begitu pentingnya Umar bin Khattab bagi perjalanan agama Allah swt, beliau berkata: “Sesungguhnya masuk Islamnya Umar sebuah kemenangan besar, hijrahnya merupakan tanda pertolongan Allah swt, khilafahnya merupakan rahmat dari Allah swt bagi kaum muslimin. Kami tidak ada yang berani sholat di Ka’bah secara terang-terangan hingga Umar masuk Islam”. Rasulullah s pemilik lisan yang selalu jujur bersabda tentang Umar ra: “Sesungguhnya Allah swt menjadikan haq pada lisan Umar dan hatinya, dia adalah Al-Faruq (Pembeda) yang Allah swt jadikan dia pembeda antara haq dan bathil.”

Keteladanan Umar bin Khattab ra

Diantara contoh teladan yang ditunjukkan oleh Umar bin Khattab ra antara lain:

Pada suatu hari sebagai Amirul Mukminin, Umar bin Khattab memanggil seorang muslim untuk diangkat menjadi gubernur.  Ketika beliau sedang menulis surat pengangkatan, datanglah seorang anaknya yang masih kecil dan duduk di sampingnya. Beliau langsung mengelus dan mencium anaknya. Maka berkatalah calon gubernur di sampingnya: “Wahai Amirul Mukminin, saya memiliki sepuluh anak, demi Allah, seumur hidup saya belum pernah mengelus dan mencium mereka.” Umar menjawab : “Bukan dosa saya jika Allah membuang rasa kasih sayang dari hatimu. Sesungguhnya Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang memiliki kasih sayang.” Kemudian Umar merobek surat pengangkatan yang tengah ditulisnya, seraya berkata : “Jika kamu tidak menyayangi anak-anakmu, bagaimana kamu akan menyayangi rakyatmu?”

Ketika sedang berkeliling kota, Umar bin Khattab melihat seorang tua sedang minta-minta lalu beliau berkata : “Dari ahli kitab mana kamu?”  Orang itu menjawab : “Yahudi.”  Lanjut Umar : “Apa yang membuat kamu berbuat seperti ini?”  Jawab peminta : "Saya mengemis untuk membayar jizyah dan kebutuhan hidup sehari-hari."  Kemudian Umar membawa orang tersebut ke rumahnya dan memberikan sebagian dari hartanya.  Lalu beliau memanggil pengurus baitul mal dan berkata : “Periksa orang ini dan pajak-pajak yang telah dia bayar.  Demi Allah, kita telah mendholiminya.   Kita makan masa mudanya (kita ambil pajaknya sejak usia mudanya), kita tinggalkan dia di masa tua.”

  Seorang penduduk mengadukan Ali kepada Umar.  Ketika sampai di majlis, Umar berkata kepada Ali : “Duduklah sejajar dengannya,  wahai Abal-Hasan.”  Maka memerahlah rona wajah Ali.   Ketika selesai menetapan hukum, Umar berkata kepada Ali : “Wahai Abal-Hasan, engkau marah karena aku mensejajarkan engkau dengan lawanmu?”  Ali menjawab: “Bahkan saya marah karena engkau tidak menyamakan saya dengan lawan saya.  Engkau muliakan saya dengan memanggil Abal-Hasan, kunyah saya, dan engkau tidak panggil lawan saya dengan kunyahnya.”  Maka Umar mencium kepala Ali lalu berdoa: “Semoga Allah tidak menghidupkan saya ketika Abul-Hasan telah tiada.”

  Ketika kemenangan dan pertolongan Allah s selalu mengiringi perjalanan jihad kaum muslimin pada pemerintahan Umar bin Khattab ra dan mulai terlihat kehidupan yang lebih baik dan kekayaan yang mulai melimpah, maka kaum muslimat mulai meminta mahar yang lebih besar dari biasanya, sehingga banyak kaum muda laki-laki mengeluhkan kondisi tersebut kepada khalifah Umar. Mendengar pengaduan mereka, maka pada suatu siang setelah sholat zuhur Amirul Mukminin Umar bin Khattab ra berdiri lalu berkata dengan suara lantang: “Wahai kaum mukminin, mengapa kalian meminta mahar yang besar untuk menikahkan putri-putri kalian? Bukankah Rasulullah s dan para shahabatnya menganjurkan meminta mahar yang kecil? Sesungguhnya mahar kecil dari 400 dirham, maka setelah hari ini jangan pernah laki-laki memberi mahar lebih dari 400 dirham”. Mendengar pidato beliau, berdirilah seorang wanita lalu berkata: “Wahai Amirul Mukminin tidakkah engkau mendengar Allah swt berfirman: “Dan jika kamu ingin mengganti istrimu dengan istri yang lain, sedang kamu telah memberikan kepada seseorang diantara mereka harta yang banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali dari padanya barang sedikitpun ... “ (An-Nisa’ : 20). Dengan serta merta Umar ra berkata: “Ya Allah ampunilah saya. Seluruh manusia lebih faqih (faham agama) dari pada kamu wahai Umar. Amirul Mukminin salah, perempuan itu benar. Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku telah larang kamu untuk menambah mahar perempuan melebihi 400 dirham, sekarang aku putuskan bahwa barangsiapa yang punya kelapangan rizqi, dia mampu dan senang untuk melebihkannya maka laksanakan”.
            Terlalu banyak cerita tentang keteladanan Umar bin Khattab ra (insya Allah kita akan kupas pada  tulisan lain) ibarat meminum air laut, semakin kita meminumnya, semakin kita merasa kehausan akan teladan yang beliau miliki, radhiyallah Umar,

Seorang penyair melukiskan perkataan Hurmuzan pemimpin Tastar, suatu masa beliau diantar menghadap Umar ra bersama Anas bin Malik dan Ahnaf bin Qais dan dia dapati Amirul Mukminin sedang tidur diatas tanah samping Masjid Nabawi, dengan takjub beliau berkata:
Engkau merasa aman setelah kau tegakkan keadilan kepada  rakyatmu.
Engkau tidur dengan nikmat seperti tidurnya rakyat jelata.

Semoga Allah swt melahirkan kembali dari rahim-rahim kaum mukminat Pemimpin seperti Umar bin Khattab ra.
Ya Allah jadikanlah kami pengikut Rasul-Mu yang mulia dan selalu meneladani kehidupan Beliau dan shahabat-shahabatnya yang Engkau Ridhoi, Amien ...

0 komentar: