Rumah yang Diintai Pencuri

 Jika ada seorang pencuri hendak beroperasi, ia akan mempelajari terlebih dahulu, sasaran manakah yang lebih diprioritaskan. Jika yang menjadi sasaran adalah rumah. Ada tiga rumah; pertama: rumah kosong tak berpenghuni dan tak ada perabotnya. Kedua: rumah orang biasa yang berpenghasilan pas-pasan, tentunya isi dan perabot rumahnya biasa-biasa saja. Ketiga: rumah megah milik orang kaya yang dipenuhi perabotan mahal dan perhiasan yang berharga. Tanpa berpikir panjang, pencuri akan menentukan targetnya pada pilihan ketiga. Meski, tentunya ia akan berpikir bagaimana mengelabuhi penjaga dan menunggu kelalaian pemilik rumah megah tersebut.

Untuk sasaran pertama, apa yang bisa dipilih dari rumah kosong tak berpenghuni dan tak ada isinya. Angker dan kurang menarik.
Yang kedua, barang yang bisa diambil pun tak banyak. Kalaupun dijadikan sasaran, ia tak akan perlu tenaga dan pikiran yang besar untuk mendapatkannya. Isinya sederhana.
Berbeda halnya dengan rumah ketiga. Isinya, benda-benda mewah dan berharga. Pemiliknya, orang terpandang dan bijaksana serta teguh.
Perumpamaan di atas, pencuri adalah syeitan dan iblis. Rumah-rumah tersebut adalah hati setiap manusia. Tipe pertama adalah hati milik orang-orang kafir dan munafik, kosong tanpa iman dan amalnya sia-sia. Tipe kedua adalah hati orang awam. Isinya sederhana. Sedang tipe ketiga adalah hati orang mukmin yang bersungguh-sungguh. Semakin tinggi kedudukannya maka semakin banyak dan semakin hebat para pengintai yang mengancamnya.
Tipe rumah ketiga dengan penjagaan yang ketat tidaklah mustahil untuk dibobol. Tentu dengan memanfaatkan kelalaian dan kelengahan pemiliknya serta penjaganya. Disamping itu bisa dengan konspirasi dan pengkhia-natan orang dalam.
Kelengahan yang dilakukan oleh pemilik hati adalah dengan kemaksiatan. Kemaksiatan yang dilakukan oleh orang terpandang dan berilmu akan bernilai lain di sisi Allah dengan kesalahan yang dilakukan oleh orang awam. Adapun konspirasi dari dalam adalah bisikan hawa nafsu yang kuat yang memperturutkan keinginan "pencuri" hati; iblis. Kita kecolongan, pada saat hati ini berpaling kepada kemaksiatan. Hanya berpaling saja, jendela rumah kita sudah dibobolnya. Apalagi sampai kita terperosok di dalamnya, isi dan perabot rumah kita sudah dijarahnya. Kaki-kaki kotor pencuri itu menodai ubin-ubin bening rumah kita. Bahkan pada taraf teror yang paling parah, kita akan menuruti semua keinginan para pencuri yang berada dalam rumah kita. Saat itu mereka menjadi para perampok, sedang diri kita benar-benar tak berdaya.
di bulan Ramadhan kelak, Allah Swt. menambah para penjaga 'rumah' kita. Menambah dengan menurunkan rahmat dan maghfirah-Nya. Pada saat kita lengah, kita memiliki senjata ampuh untuk kembali teguh; istighfar. Musuh dan pencuri bisa segera kita usir dan menjauh dari rumah kita. Ibadah-ibadah sunnah bisa menjadi pembenteng pertama, ibadah-ibadah wajib menjadi lapis kuat kedua. Keikhlasan, kedermawanan, solidaritas, pengertian, berbaik sangka, pemaaf akan menjadi pasukan rahasia yang sangat kuat yang tak bisa ditebak oleh para pencuri. Pada saat itu pencuri tersebut telah benar-benar KO. Tapi kita perlu tahu, ia tak segera pulang dan pergi meninggalkan rumah tersebut. Ia akan terus mengintai dan mengincar rumah mewah itu. Karena kemegahan dan ketinggian nilainya.
Barang siapa ingin menjaga hatinya hendaknya ia selalu menjaga kebeningannya dengan senantiasa beristighfar kepada-Nya. Bahkan beristighfar dari istighfar itu sendiri. Beristighfar karena istighfar kita sangat kurang dan terbatas serta kurang dijiwai. Hanya menjadi penghias bibir yang tak diikuti kepahaman hati akan maknanya.
Hati ibarat tangki bensin dalam sebuah kendaraan. Ia berfungsi vital sebagai penampung bahan bakar. Mari kita bayangkan keadaan sebuah kendaraan yang kehabisan bahan bakar. Atau ada bahan bakarnya (bensin), tapi diletakkan tidak di dalam tangkinya. Mobil tersebut tetap ada wujudnya. Namun tak mampu menjalankan fungsinya. Ia menjadi bangkai dan mati dengan kesempurnaan fisik yang terlihat. Demikian juga manusia jika ia mementingkan penampilan fisiknya sementara tangki hatinya tak pernah diisi, maka ia bagaikan kendaraan tanpa bahan bakar. Jika demikian, mampukah ia menempuh perjalanan hidup yang panjang dan penuh misteri?
Pada bulan Ramadhan, Allah juga menyediakan segala fasilitas pembekalan dan subsidi 'bahan bakar' tersebut. Semua tergantung pribadi masing-masing, mau ataukah tidak ia memanfaatkannya. Kemudian kesiapan tangki 'hati' menampungnya.
Bisa kita bayangkan berikutnya. Seorang bodoh yang dengan serakah mengambil bensin sebanyak-banyaknya kemudian ia siramkan ke mobilnya, ia ambil botol-botol besar untuk diisi bensin kemudian ia masukkan ke dalam mobil. Bisakah mobilnya berjalan? Sedang tangki bensinnya masih kosong. Demikian juga kita dibulan yang penuh berkah itu nantinya. Setiap hari kita berpacu membaca Al Qur'an, shalat sebanyak-banyaknya, bersedekah, berbuat banyak untuk orang lain. Semua itu takkan ada gunanya bila tanpa disertai keikhlasan dan penghayatan. Membaca Al Qur'an namun masih diselingi pergunjingan. Shalat yang banyak namun masih disertai keengganan menyantuni fakir miskin. Bersedekah namun dibarengi menyakiti hati orang lain. Berbuat kebaikan namun disertai pamrih dunia. Popularitas. Ketenaran. Kredit poin jabatan. Cinta dan ridha manusia.
Semuanya disebabkan kebodohan kita. Karena kita tidak tahu dimana meletakkan bahan bakar. Jawabnya hanya satu "Taqwa itu di sini" demikian Rasulullah Saw. mengisyaratkan ke dada beliau sebanyak tiga kali. Ya, ketakwaan itu tempat bersemayamnya di hati. Ketakwaan tidak–hanya–dilihat dari banyaknya shalat dan bacaan al Qur'an atau kedermawanan seseorang. Namun semuanya ditentukan dengan kebaikan hati. Bila hati ini telah terisi penuh oleh takwa maka semuanya menjadi indah. Shalatnya adalah pencegah dari perbuatan mungkar dan kebatilan. Bacaan Al Qur'annya diterjemahkan dengan kesantunan perilaku hariannya. Kedermawanannya disertai tawadhu dan rendah hati. Tak pernah sedikit pun keluar cacian dan hinaan mengungkit pemberiannya.
Ya, itulah kualitas isi hati setiap kita. Silakan sebanyak-banyaknya mengisi. Tapi tempatnya dalam hati. Itulah rumah kita yang selalu diincar dan diintai oleh para pencuri cinta-Nya. Mereka hendak merampas cinta-Nya agar kita menjadi orang-orang yang dimurkai-Nya. Agar cinta-Nya hilang dari rumah kita dan berganti kebencian dan kemurkaan yang maha dahsyat dari Dzat yang murka-Nya tak terbendung oleh apa dan siapa pun.
Parahnya, bila kita kecurian namun kita tak merasa kehilangan sedikit pun. Sebagai contoh, kita sering merasa telah berbuat baik namun pada hakikatnya kita melakukan sebaliknya. Menasehati orang di depan umum. Bersedekah karena riya. Menuntut ilmu supaya dikira pandai. Berjihad agar dianggap pemberani. Hanya hati yang beninglah yang mampu merasakan noda halus ini. Untuk membersihkannya pun diperlukan kelembutan hati. Jangan sekali-kali kita lengah. Jangan beri kesempatan pencuri-pencuri itu mendekat ke sekeliling rumah kita. Kaca jendela rumah kita, biarkan tetap bening. Barangkali isi rumah kita akan terlihat dari luar dengan bagus. Tapi kita tetap merawatnya dari dalam dengan perawatan yang tak diketahui oleh mereka yang melihatnya dari luar. Jangan takut akan intaian dan incaran para puncuri. Kita selalu waspada karena kita selalu terjaga dan menjaga rumah kita.
Satu hal yang perlu kita catat, bukan menjadi aib bila hati kita terkotori. Bila rumah kita berdebu dan kotor. Yang menjadi aib adalah membiarkannya kotor. Segera usap dan hapuslah kotoran yang melekat itu, sebelum noda itu kian melekat dan sulit untuk dihilangkan.
Di bulan Turunnya Al-Qur'an yang insyaallah tinggal sebulan lebih lagi, Allah Swt. mengobral pencuci hati-hati kita yang keruh. Dengan istighfar dan bacaan Al Qur'an. Berteman dengan orang-orang shalih dan senantiasa berzikir.
Itulah rahasia Allah yang bernama hati,"… sesungguhnya dalam jasad ini ada segumpal daging (mudhghah). Jika ia baik maka seluruhnya akan baik, bila ia buruk maka seluruhnya akan buruk. Ketahuilah itu adalah HATI (qalb)". (HR Bukhari Muslim, Sabda Rasulullah Saw. diriwayatkan sahabat Nu'man bin Basyir ra.).
"Wahai pembalik hati, tetapkan hati kami atas dien-Mu. Wahai pemaling hati, palingkan hati kami pada ketaatan-Mu".

0 komentar: