Oleh : Ibn jauzy
Penerjemah : Samsul Basri, S.Si
Hendaklah bagi setiap orang yang berakal mencari
lebih banyak penghasilan melebihi dari apa yang ia butuhkan. Yaitu mendapatkan sesuatu
yang ia ketahui kalau terjadi padanya hal yang buruk atau hal yang tidak
diharapkan, maka sesuatu yang telah didapatkannya itu berupa kelebihan mampu
menutupi atau mengganti apa yang telah hilang. Apabila diperhadapkan dengan
sesuatu yang menghalanginya dari mencari penghasilan (rezeki), maka yang telah
didapatkannya itu tampil menutupi kebutuhannya hingga sisa umurnya. Sekiranya anak-anaknya
datang padanya dan sangat membutuhkan keutamaan seorang istri (yaitu ingin
segera menikah) dan butuh kepada pelayan. Dan ternyata kebutuhan setiap anaknya
seperti itu, maka lagi-lagi apa yang telah didapatkannya itu bisa mencukupi. Karena
itulah di awal pembahasan ini ditekankan bahwa sebaiknya pengeluaran itu lebih
sedikit dari pemasukan. Agar kelak berbagai peristiwa yang tidak diharapkan
terjadi dapat diantisipasi dengan adanya persediaan (bekal). Hal yang demikian
inilah akal dengan pandangan sehat memerintahkannya, yaitu adanya persiapan (bekal)
menghadapi berbagai musibah. Sebaliknya hawa nafsu, dia tidak mau peduli dengan
kondisi yang akan terjadi di masa mendatang.
Telah dikabarkan lewat sanad yang langsung
kepada Abu darda’ marfu’an.
“Siapakah yang lebih faqih dari seseorang yang
selalu memperhatikan kehidupannya.”
Dan telah diriwayatkan secara mauqufan.
Referensi : Al-Aththibbu Ar-Ruhaniy
Bab kesembilan : Fii bayaani miqdaari
al-iktisaabi wa al-infaaqi
Penulis : Ibnu Jauzy
0 komentar: