Oleh : Samsul Basri, S.Si
Dalam sebuah hadits shahih diriwayatkan oleh Al-Hakim
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الكَهْفِ فِيْ يَوْمِ الجُمْعَةِ أَضَاءَ
لَهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ الجُمْعَتَيْنِ
“Siapa yang membaca surat
al-Kahfi pada hari Jum’at, cahaya akan meneraginya di antara dua jum’at.” (HR. Al-Hakim)
Surat al-Kahfi terdiri 110 ayat. Di dalamnya
termuat 4 kisah, yang dengan merenunginya, mampu mengantar pembaca insyaallah
kepada lima pelajaran penting dalam kehidupan. Kelima hal itu adalah syarat
bagi siapa pun yang mengimpikan menjadi manusia terbaik pengukir sejarah
kebaikan di bumi Allah ini.
Kisah pertama adalah Ashabul Kahfi yang berarti para
penghuni gua. Kisah ini dimulai pada ayat ke-9 sampai ke-26. Akan tetapi inti kisah
ini terdapat di ayat 13 dan 14 yang artinya,
“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini
dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada
Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. Dan Kami meneguhkan
hati mereka diwaktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, "Tuhan Kami
adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; Kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan
selain Dia, Sesungguhnya Kami kalau demikian telah mengucapkan Perkataan yang
Amat jauh dari kebenaran." (QS. Al-Kahfi : 13-14)
Mereka adalah para pemuda yang beriman. Yang teramat
sadar bahwa masa muda adalah masa berkumpulnya dua kekuatan, kekuatan fikriyah
(pemikiran) dan jasadiyah (fisik). Sehingga alangka naif dan bodohnya bila dua
potensi ini diabaikan dan dibiarkan berlalu tanpa makna berarti. Lihatlah ashhaabul
kahfi, sebelum mereka mengasingkan diri ke gua demi menjaga dan
mempertahankan aqidahnya, mereka dengan dua kekuatan itu, digunakan untuk menyuarakan
kebenaran dan menegakkan kalimat tauhid sekalipun konsekuensinya harus
berhadapan dengan kelaliman penguasa. Ringkasnya, pelajaran penting dari kisah
ini adalah Pemuda dan Iman. Karena kepemudaan akan menjadi sia-sia dan
tak berarti tanpa adanya iman yang membingkai dua kekuatan padanya.
Kisah kedua mengenai Shaahibul Jannatain (Pemilik
dua kebun). Kisahnya dimulai dari ayat ke- 32 sampai ayat ke-44. Inti sarinya
terdapat di ayat ke-35 dan ke-36,
“Dan Dia memasuki kebunnya sedang Dia zalim
terhadap dirinya sendiri, ia berkata: "Aku kira kebun ini tidak akan
binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan
jika Sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat
kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu". (QS. Al-Kahfi : 35-36)
Maksudnya, pemilik dua kebun itu jatuh pada
kekafiran karena keingkarannya akan nikmat Allah atasnya, dan tidak beriman
kepada hari kiamat. Tak heran bila ia merendahkan saudara muslim yang
menasehatinya agar bertaubat, yaitu kembali kepada Allah penguasa tunggal atas
segala sesuatu. Kisah ini mengajarkan kepada kita pentingnya Harta dan Iman.
Betapa harta akan menjadi musibah, malapetaka yang menghinakan pemiliknya di
dunia dan di akhirat bila iman tidak mewarnai visi dan misi mencari harta.
Kisah ketiga adalah Musa alaihihissalam menuntut
ilmu kepada Haidir ‘alaihissalam. Tepatnya adalah perjalanan Nabi Musa a.s
dalam mencari hakikat ilmu dan berguru kepada Haidir a.s yang dimulai dari
ayat ke- 60 sampai ayat ke- 82. Inti dari kisah ini bahwa ilmu itu milik Allah.
Dan Allah memberi ilmu dan memuliakan manusia dengan ilmu bagi siapa yang Ia
kehendaki. Kiarena itulah, betapa tidak layaknya setiap yang diberi ilmu merasa
sombong, merasa dirinya lebih hebat, lebih pintar, lebih berilmu dari yang
lain. Sejatinya, ketundukan dan keimanan kepada Allah yang ilmu-Nya meliputi
segala sesuatu harus menjadi karakter utama orang yang berilmu. Menjadi seorang
yang semakin tawadhu, ridha dan tawakkal atas apa yang menjadi ketentuan Allah
atasnya. Karena itulah pelajaran dari rangkaian kisah ini adalah pentingnya Ilmu
dan Iman. Betapa ilmu tanpa iman bagaikan memelekkan mata dalam kegelapan
tanpa sedikitpun cahaya. Bagai pisau yang berada di tangan orang yang tak
berakal, berbahaya dan sangat berbahaya. Rakyat semakin miskin dan menderita,
etika dan moral semakin terkikis, keamanan semakin menipis, bila dirunut akarnya
adalah ulah sebagian manusia yang pintar namun tidak beriman kepada Allah.
Terakhir adalah kisah Dzul Qarnain yang berarti pemilik
dua tanduk. Kisahnya dimulai dari ayat ke- 83 sampai ayat ke- 98. Intisari kisahnya
adalah di ayat 86 s.d. 88,
“Kami berfirman: "Hai Dzulkarnain, kamu
boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka dengan mengajak
mereka pada iman. Berkata Dzulkarnain: "Adapun orang yang dhzalim, Maka
Kami kelak akan mengazabnya, kemudian dia akan dikembalikan kepada Tuhannya,
lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya. Adapun orang-orang
yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai
balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari
perintah-perintah kami". (QS. Al-Kahfi : 86-88)
Pelajaran yang bisa digali dari kisah Dzul
Qarnain adalah pentingnya kekuasaan dipegang oleh orang yang bertauhid, yang
memiliki kesadaran penuh bahwa kedudukan dan kekuasaan adalah amanah yang kelak
akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah. Bukan ajang euforia, pamer harta,
memiliki starata tinggi di mata manusia, apalagi ajang kesombongan. Dengan
kesadaran akan hak dan kewajiban penguasa dilandasi nilai-nilai iman dan Islam
akan terjadi keadilan dan sebab tersebarnya kebaikan. Karena itulah menjadi
pemimpin bukan tercela, bukan musuh yang harus dijauhi oleh ummat Islam. Bahkan
ia menjadi salah satu ciri hamba Allah ar-Rahman yaitu menjadi pemimpin bagi
orang-orang yang bertakwa dalam upaya menegakkan risalah Islam dan dakwah. Ciri
ini tertuang di surat al-Furqan ayat 74. Bahwa ciri hamba Allah ar-Rahman
adalah yang selalu berdoa agar Allah menjadikannya pemimpin bagi orang-orang
yang bertakwa. Jadi, pelajaran pentingnya adalah Kekuasaan dan Iman. Tanpa
iman kekuasaan akan melenceng dari sifat asalanya yaitu melindungi dan
mengayomi, sebaliknya menjadi binatang buas yang siap menerkam siapa saja yang
menghalangi kepentingan kekuasaan itu.
Dari rangkaian kisah di surat al-Kahfi, minimal
lima kekuatan yang mutlak harus dimiliki oleh Islam dan kaum Muslimin dalam upaya
merealisasikan kebenaran, menggetarkan musuh-musuh Islam, dan meraih
keberhasilan hidup di dunia dan di akhirat. Lima kekuatan itu adalah :
1.
Kekuatan dan keberanian masa Muda yaitu
perpaduan antara kekuatan ruhani, akal dan jasmani.
2.
Kekuatan perekonomian, modal atau harta yang
menjadi sarana terlaksananya akifitas dakwah, dan mudahnya urusan Islam dan
kaum muslimin. Misalnya dengan membudayakan infak, sedekah, zakat, wakaf, pajak
dlsb.
3.
Kekuatan Ilmu untuk mengenali, meluaskan, dan
menerapkan kebenaran di setiap lini kehidupan masyarakat. Bagai sinar matahari
yang selain mengusir kegelapan juga memberi manfaat bagi makhluk dan alam
semesta.
4.
Kekuatan kekuasaan berupa penerapan
hukum-hukum yang sejalan dengan prinsip Islam, dan ketegasan di dalam menindaki
setiap oknum yang bersalah tanpa pandang bulu. Serta perhatian yang besar dalam
mensejahterahkan masyarakat baik secara materi ataupun non materi.
5.
Kekuatan Iman berupa fitrah Islam atau aqidah
atau tauhid yang menjadi kekuatan mutlak harus ada di setiap lini, sisi,
potensi, jiwa, langkah, pergerakan, warna, pemikiran, tindakan dan ucapan baik
yang nampak atau tersembunyi, materi atau non materi, besar atau kecil.
Semoga Allah menjadikan sisa umur yang
membangun lamanya hari kehidupan kita di dunia ini bermanfaat bagi Islam dan
kaum muslimin. Memberi peluang, kemudahan dan aplikasi dalam mengukir sejarah
peradaban manusia dengan tinta emas kebaikan dan kemulian, hingga keberkahan
umur kita dirasakan oleh mereka yang terlahir sebagai generasi selanjutnya.
Allahu Akbar... Allahu Akbar... Allahu Akbar.
0 komentar: