EKSISTENSI ALLAH, Kenapa digugat

Saudaraku di bumi manapun kakimu berpijak, Dia-lah Allah Rabb semesta alam yang jiwa seluruh mahluk berada dalam genggaman-Nya. Dia memberi petunjuk bagi hamba yang dikehendaki, dan menutup jalan hidayah dari hamba yang dikehendaki-Nya pula. Karena itu, semoga Allah senantiasa menyuburkan bibit-bibit keimanan di hati lalu menyembulkan dua tunas darinya, yang satu menghujam dan mengakar kuat di dalamnya dalam bentuk Aqidah yang mantap, dan yang lainnya tampak di permukaan dalam bentuk amaliah-amaliah yang shalih dan shalihah. Amin.

Sholawat dan salam terus tercurah bagi Rasul yang mulia, sebaik-baik Qudwah, Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, demikian halnya sahabat ridwanullahi jamian yang hingga tetesan darah terakhir menemani beliau dengan penuh kesabaran. Semoga langkah kaki ini terus berpijak di atas jalan yang pernah ditapaki oleh mereka sampai hari kiamat. (insyaallah)

Saudaraku, isi tulisan ini bukan untuk menggugat eksistensi Allah ataupun meragukan keberadaan-Nya (Na’udzubillaahi mindzalik). Melainkan pengalaman dengan beberapa saudara muslim yang pikirannya menurut kami, tersub’hat atau tercekoki pemikiran kafir. pemikiran kafir yang diserapnya itu menjelma dalam untaian statmen, mengucur dari bibirnya lalu disangkanya sebagai bentuk kedewasaan berfikir. Satu dari sekian banyak alasan mereka mengapa eksistensi Allah perlu digugat, ”Sebagai kaum intelektual yang befikir kritis, segala sesuatunya perlu pendefenisian, termasuk Eksistensi Tuhan perlu dikaji, ada atau tidak?!”, begitu menurutnya. Kerancuan-kerancuan berfikir lainnya akan kami kutip dari argument-argumen mereka sebagai berikut walau tidak keseluruhan mudah-mudahan bisa mewakili. Mereka berargumen,

1. Sebuah konsep yang lahir dari paham positivisme, paham yang dipelopori Augustu Comte menyebutkan bahwa segala sesuatu itu perlu pendefenisian, ketika ingin mengatakan sesuatu itu ”Ada”, maka Sesuatu yang dikatakan “Ada” perlu pendefenisian yang jelas. Sesuatu yang “Ada” adalah sesuatu yang menempati ruang. Sesuatu yang menempati ruang adalah sesuatu yang bisa dijangkau atau diindera minimal satu indera. Sebagai contoh ”Angin”, dikatakan ”Ada” karena menempati ruang dan dijangkau atau bisa dirasakan hembusannya oleh kulit sekalipun tidak terlihat. Bunyi atau suara pun juga terdefenisi ”Ada” sekalipun bentuknya tidak tampak namun eksistensinya bisa diindera oleh telinga, dll. Lantas, apakah Allah itu ada???. Sekiranya anda sepakat ”Ada” apakah Allah menempati ruang???, Bila Allah menempati ”Ruang” itu artinya ”Ruang” lebih besar dari Allah sehingga tidak benar kalimat ”Allahu Akbar”. Terus apakah Allah bisa diindera oleh mata, telinga, kulit, penciuman ??? bila ”Tidak!” berarti bisa disimpulkan kalau Allah itu tidak ada. Sekiranya anda bersikeras mengatakan kalau Allah tidak menempati ruang, berarti hanya dua kemungkinan Allah adalah ”Ruang” itu sendiri atau Allah memang tidak ada.

2. Ada ayat di dalam Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa Allah akan menolong orang-orang yang beriman. Apakah anda sepakat???!. Bila sepakat dengan pernyataan itu dan anda mengaku beriman kepada-Nya, apa pertolongan Allah terhadap dirimu bila secara tiba-tiba saya melempar sesuatu dengan keras tepat di hadapanmu dari jarak yang tidak jauh?!

3. Allah itu Maha pencipta bukan?. Allah itu Maha kuat dan Maha perkasa, Bisakah Allah menciptakan batu yang sangat besar yang Dia sendiri tak mampu mengangkatnya???

4. Bukankah Allah itu tidak membutuhkan ibadah hamba-Nya, lalu untuk apa Dia memerintahkan saya, anda dan kita semua melakukan ibadah seperti shalat?. Bahkan Kemudian menghukum hamba-Nya yang enggan untuk shalat?

5. Apakah Allah itu Adil???? Kenapa kita masih menyaksikan orang-orang yang mentaati-Nya berada dalam taraf kehidupan yang sangat miskin, begitu menderita dan sengsara sedangkan orang-orang yang mengingkari-Nya hidup dengan serba kecukupan bahkan tergolong mewah.



bagaimana anda menanggapi kerancuan berfikir seperti itu ?



silahkan download tulisan ini ! klik Bismillah

0 komentar: