BERDETAKLAH SETIAP DETIKNYA

Saudaraku para mujahid dakwah. Tahukah anda sekiranya jam yang melekat di tangan atau yang terpampang di dinding kamar atau malah mungkin jam waker yang dengan setia menemani dan menghiasi keindahan meja belajar itu punya perasaan dan bisa bicara. Tentulah ia teramat sangat gembira ketika anda menjanjikan padanya hadiah berupa batterai terbaru. Akan tetapi sebelum hadiah itu anda berikan padanya, ajukanlah syarat untuk ia penuhi. Misalnya saja syarat dalam bentuk pertanyaan yang harus ia sanggupi. Maka ketika anda bertanya dan memintanya untuk bedetak tigapuluh satu juta seratus empat ribu kali (31.104.000 X) selama setahun akan teramat sangat berat ia penuhi. Ia akan protes penuh emosional,
“Apa sebanyak itu???!! tigapuluh satu juta seratus empat ribu kali ???. tidak!, pokoknya tidak! Saya tidak sanggup berdetak sebanyak itu. Tiiitik!.”.
He..he..he.. kalau jawabannya sudah kartu mati kayak gitu, akan sia-sia saja membujuknya padahal jam itu kan belum mencoba bisa apa tidak. Bukankah mencoba lalu gagal jauh lebih baik dari tidak mencoba sama sekali???. Nah sekarang coba turunkan tawaran anda padanya mudah-mudahan saja jam bisa menyanggupi lalu anda akan memberikan hadiah itu padanya.
“Oke..oke.., kalau memang kamu nggak sanggup sebanyak itu, ehm..hm..m bagaimana kalau dua juta limaratus Sembilan puluh dua ribu kali perbulan aja (2.592.000 kali/bulan)? Bagaimana Bisa nggak ???”
Jam menundukkan kepala, sekilas terlihat diam berfikir… mungkin ia mencerna jumlah yang anda sebutkan itu. Tampak ekspresi wajah anda yang begitu penasaran. Setelah beberapa menit, ia mengangkat kepala secara perlahan sambil menatap wajah anda yang penuh harapan padanya,
“Ha..ha.. ha…”
“Kenapa kamu tertawa jam???”
“Karena soalnya terlalu mudah. he..he..he.. Teramat sangat inginkah majikan mendengar jawabanku ?”
“Berarti kamu sanggup yah hitung sebanyak itu? Hebat dong!”
“Yee.. aku malah sanggup untuk mengatakan Tidak biisaaa!!!. Aku tidak bisa menghitung sebanyak itu. Maafkan saya, ada nggak tawaran yang lebih ringan dari itu???”
Gantian anda yang tertunduk diam berfikir. Sesaat setelah itu, Anda tersenyum pada jam kesayangan anda itu,
“Haa’, Bagaimana kalau delapan puluh empat ribu kali perhari (84.000/hari) ??? bisa yah???”
“Aduuh… tetap kalau sebanyak itu aku nggak sanggup majikan. Turungin lagi dong???”, pintanya harap belas kasih demi mendapat hadiah.
“Tigaribu enam ratus kali perjam (3600/jam). Masih belum bisa????”
Tetap baginya itu suatu hal yang teramat sangat jenuh alias membosankan dan ujung-ujungnya ia tak mampu memenuhinya. He..he..he.. lalu tawaran anda semakin kecil padanya.
“Ini kesempatan terakhir bagimu. Bagaimana kalau sekali detakan pada setiap detiknya?”
“Hore..hore… itu gampang, aku sanggup berdetak sekali setiap detiknya. He..he… mana hadiahku? Mana?”
Akhirnya berhasil jam kesayangan anda itu merasa enteng, merasa ringan dan bisa menyanggupi tawaran anda yang terakhir itu. Dan anda pun memberikan hadiah itu padanya. Saudaraku, dengan komitmen jam untuk berdetak sekali saja setiap detiknya, maka diluar kesadarannya atau tanpa disadarinya ia telah berdetak sebanyak 3600 kali per jam. Bila ia komitmen untuk berdetak dengan irama yang stabil, tidak tergesa-gesa maka dalam sehari ia telah mampu berdetak sebanyak 84.000 kali hingga dalam sebulan 2.952.000 kali dan akhirnya dalam setahun jam telah mampu bedetak sebanyak 31.104.000 kali. Nah sekarang coba jawab dengan jawaban yang tak perlu anda utarakan, sudah berapa lama jam itu menemani anda ??? . Sekedar info aja sejak SD sampai sekarang (alumni perguruan tinggi) saya masih menyaksikan jam dinding bentuk masjid di ruang tengah rumahku itu bedetak dengan irama yang tidak berubah alias komitmen. Luar biasa bukan, bisakah anda membantu saya menghitung sudah berapa kali jam dirumahku itu bedetak??? He..he…
Saudaraku, dalam kerja-kerja dakwah di kampus atau dimana saja butuh kesabaran melihat hasil, butuh tahapan dan perencanaan matang terutama komitmen untuk tetap berbuat yang terbaik untuk agama ini sekalipun kelihatannya kecil atau sangat-sangat sederhana. Program-program yang kecil gampang dan sederhana bila diselesaikan dengan sungguh-sungguh akan memicu semangat dan kredibilitas untuk terus berbuat dan berbuat. Nah jika para mujahid terus berbuat dan bergerak dengan sendirinya kreatifitas akan terlahir dan karya besar pun akan segera tercipta. Bukankah gunung yang besar juga adalah kumpulan dari pasir-pasir yang kecil ??? maka tidak ada karya yang besar, tidak ada keberhasilan yang besar kecuali diawali dengan karya dan keberhasilan yang kecil-kecil. Selamat mencoba!



1 komentar: