DEMIKIANLAH TUHANKU BERKEHENDAK (1)


 By: Ibnu Hasan
Download Tulisan ini "Bismillah"

Hari Ahad tanggal 22 April 2007 aku duduk seorang diri menatap indahnya sang surya yang terbit di ufuk timur, dengan sinarnya yang terbentur di permukaan danau membuat bayang-bayang pepohonan yang mengitari pinggir danau itu bergerak dan berkilau. Danau tampak indah dengan warna kehijauannya. Sssiuuutttt…, Subhaanallah, kurasakan hembusan angin sepoi-sepoi dari arahnya, mengelus-elus pipi dan tanganku, Rambut di kepala pun menari lembut mengikuti irama angin itu, dan… masyaallah kesejukan kini mulai menyapa. Asyiiik… Rasa ingin duduk berlama-lama di tempat yang memang sengaja dibuat oleh pihak birokrat di pinggir danau Universitas Hasanuddin hadir menguatkan jiwaku. Kesempatan ini Tak boleh kubiarkan berlalu. Segera kukeluarkan Agenda kesayangan dari tas. Nafas mulai kutarik secara perlahan agar jiwaku menyatu dengan alam, menyatu lalu merasakan keindahan dan kesejukan salah satu dari sekian banyak hasanah Allah di muka bumi ini. Akhirnya jemariku lihai memainkan pena meninggalkan goresan makna di atas lembaran sejarah kehidupan. Kucoba tuangkan tulisan yang mengeruk seberapa besar eksistensiku di dunia kampus. Yah... hal itu kumaksudkan dalam rangka muhasabah sebagai bentuk pengejawantahan bahwa semoga langkah yang ditapak kaki ini benar-benar pilihan bukan kesempatan. Sekali lagi benar-benar pilihan bukan kesempatan.
Tidak ada beban paling berat dipikul manusia kecuali menjalankan amanah dengan sebaiknya, apatahlagi amanah itu berkaitan dengan urusan agama Allah. Kemarin, tepatnya hari sabtu (21 April 2007) sebuah surat mandat mendarat di tanganku. Ketua Umum UKM LDK MPM Unhas, Al-akh Abdul Kadir memandatku sebagai Kordinator Steering Commitee kegiatan Studi Islam Intensif (SII) 2 angkatan VIII. Salah satu kegiatan pengkaderan yang menjadi prasyarat mutlak bagi mahasiswa baru (mahasiswa angkatan 2006) menjadi bagian seutuhnya di organisasi dakwah kampus yang semoga bemanhaj salaf. Yah, moga-moga tidak berlebihan bila aku berharap seperti itu. Dakwah yang diusung oleh para ikhwan dan akhawat di UKM LDK MPM unhas ini harus selalu berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pemahamannya harus bersesuaian dengan pemahaman para sahabat salafusshalih. Ada juga beberapa lembaga dakwah di kampus merah ini, yang berlandaskan dengan dua peninggalan rasul itu. Tapi... sayang pemahaman mereka terhadapnya, melenceng bahkan jauh dari pemaham sahabat Rasul yang tau benar asbabun nuzul ayat dan maknanya. So..., kembali ke Al-Qur’an dan As-Sunnah saja belumlah cukup. Mesti pemahamannya dikembalikan pula bagaimana para sahabat Rasul itu memahaminya. Tentu tidak serta merta aku mengklain bahwa lembaga UKM LDK MPM satu-satunya lembaga di kampus merah yang paling benar, berharapsih iyyah. Kami butuh proses dan didikan dalam bentuk tarbiyyah, dan dalam banyak permasalahan organisasi yang menurut keilmuan kami masih subhat (samar-samar) mesti bertabyyun dulu kepada asatidzah (para Ustads) baru berani bertindak. Kehati-hatian itulah yang membangun prinsip lembaga ini. Idealnya, tujuan yang mulia harus tetap dibangun dengan cara yang mulia. Konsep SII 2 yang aku tawarkan dalam pembicaraan sebelumnya kepada Steering Comité (SC) Ikhwa yang lain, sedikit berbeda dengan konsep SII 2 di tahun-tahun sebelumnya. SII 2 yang biasanya hanya disajikan dalam bentuk klasikal (ustasd mengisi materi kemudian peserta menyimak dan bertanya bila peserta tidak paham) plus sedikit game di selah-selahnya, maka untuk SII 2 kali ini selain dalam bentuk klasikal dan game, perlu ada outbond yang rencananya insyaAllah dilangsungkan di hutan bengo-bengo Unhas kabupaten Maros bulan mei mendatang. Dalam menggagas konsep ini empat orang SC akan membantuku. Mereka adalah koordinator di depatemen atu biro UKM LDK MPM Unhas. Sebut saja Alfian (Kord. Dept. Kaderisasi) yang sangat berpengalaman, disiqahi, amanah dan tidak mengenal lelah dalam urusan dakwah di kampus; Affandi Hamid (Kord. BRTM) sangat capabel dalam menata keindahan masjid hingga para birokrat yang berkunjung ke masjid terkagum-kagum dengan kepiawaiannya dalam memanejemen kegiatan2 di masjid, serta kemampuan hayal dan imajinasi yang dimilikinya sangat dibutuhkan untuk membangun visi dan misi; Abdul Mun’im (Kord. Biro Pendidikan Al-Qur’an) sangat fasih dan paham dengan kaidah tajwid, hafids 10 jus dan banyak menghapal hadits-hadits rasul, tak heran bila ia disebut sebagai ustads di MPM dan terkadang menjadi rujukan bagi ikhwa yang mau belajar, dan Adnan Nur (Bendahara umum MPM) pengelolaan dan pengaturannya terhadap keuangan organisasi sangat baik, rapi, cekatan dan juga memiliki wawasan yang baik.
Pada rapat semalam,
”Ka’ samsul, aku setuju dengan rencana antum”, respon Fandi ketika aku utarakan konsep outbond menjadi bagian dari SII 2.
”Iya, akh. Ana berharap out put peserta SII 2 kita kali ini adalah ikhwan yang berilmu dan militan dalam dakwah”, tambah Mun’im menyikapi rencana itu.
”Insyaallah akhi. Saya butuh dukungan, saran, dan ide antum untuk mensukseskan kegiatan ini”. Tegasku pada mereka.
”Terus, malam ini apa yang harus kita capai untuk diputuskan” tanya akh Adnan berapi-api.
”Insyaallah malam ini kita cukup menyepakati Outbond menjadi bagian dari SII 2 dan alhamdulillah kita telah menyepakatinya setelah diskusi cukup panjang. Besok malam saya berharap kita kembali bertemu di sini membicarkan konsep ini lebih jauh. Insyaallah akan saya buatkan konsep awal serta apa2 yang harus kita capai dalam dekat ini sampai hari H-nya”.
”Begini akh, karena kita berlima sebagai SC, bagaimana kalau antum perjelas kepada kami tentang apa yang menjadi job kami”. Sergap alfian sebelum aku menutup rapat.
”Syukran akhi atas usulan antum, tapi insyaallah hal itu menjadi agenda rapat besok malam. Masih ada usul, saran atau ide lain?” aku tersenyum sambil menatap wajah saudara-saudaraku yang berseri-seri itu serta aura yang terlihat serius penuh kesungguhan. Mereka menggeleng berarti cukup.
”Alhamdulillah kalau demikian. Akhi, sebelum rapat ini saya tutup saya berharap kita belajar sami’na wa ata’na atas apa yang kita putuskan dan tidak ada kalimat pengandaian diluar rapat ini. Karena itu bisyikan syaitan laknatullah alaihi. Semoga Allah selalu memilih kita dalam urusan-urusan dakwah di mana saja kaki kita berpijak, dan selalu memgistiqamahkan kita di atas jalan yang pernah ditapaki oleh Rasulullah dan para sahabat beliau. Mari kita baca doa kaffarah majelis !”.
Alhamdulillah, dalam menggagas konsep ini mereka tidak hanya memberi ide, tapi juga melaksanakan ide itu demi kesuksesan kegiatan ini nantinya tanggal 25-27 Mei 2007 mendatang,. Saya optimis kegiatan ini akan berjalan sukses, SC yang mendampingiku adalah ikhwa-ikhwa terbaik, dan memiliki sejumlah prestasi hebat dalam organisasi. Malam nanti selepas isya insyaAllah, kami akan kembali berkumpul meramu ide dan memantapkannya. Dalam benak aku berdoa dan berharap kepada Allah, semoga kami sebagai SC dan para Ikhwan yang diamanahkan sebagai panitia nantinya menjadi team yang solid, saling mengerti, menghargai dan terus berjuang karena Allah. Aku juga berharap kepada Rabb yang menggenggam jiwa seluruh mahluk, semoga adik-adik mahasiswa baru yang kami undang sebagai peserta merespon kegiatan ini dengan penuh gembira suka cita, bersedia dengan sepenuh hati untuk ditempa menjadi kader pelanjut tongkat estafet perjuangan dakwah di kampus (Insya Allah).
Sebelum kuakhiri tarikan pena yang menari menyisahkan sejarah dalam bentuk tulisan ini dan menutup agenda yang selalu setia menampung nano-nano kehidupanku. Terlintas dipikiran ini tentang kapan aku merampungkan tugas akhir ?, kapan aku wisuda bila sampai sekarang ini masih bergelut dalam kesibukan di Organisasi ?. bukankah target bulan enam ini aku akan menutup lembaran sejarah sebagai mahasiswa S1 di Unhas?. ya Allah..., Teringat awal-awal bulan February kemarin, sebagai kordinator kerohanian BEM FMIPA Unhas sudah seharusnya melihat momen yang tepat untuk merencanakan suatu kegiatan. Setelah diskusi dengan beberapa ikhwan, saya berazam mengadakan seminar islami di bulan itu dengan judul ”VD mestikah dirayakan ???” sengaja judul itu yang aku pilih mengingat sebagian besar remaja-remaji, pemuda dan pemudi tidak sadar atau memang sengaja tidak sadar bahwa mereka telah terjangkit Virus Zina tingkat kronis dan tgl 14 february itulah puncaknya, walau hanya semalam tapi virus itu dengan cepat merambah dan menjamah dunia. Parahnya lagi, merayakan VD dapat merusak bahkan mengeluarkan seseorang dari akidah yang benar (kafir) bila sampai membenarkan dan membelanya. Waktu yang kami (ikhwan dan akhawat) butuhkan untuk kesuksesan seminar ini hanya 7 hari, usulan ini saya sampaikan 10 hari sebelum tanggal 14 feb 2007, dan seminar ini dilaksanakan pada tanggal 11 feb 2007. Alhamdulillah niat yang baik selalu mendapat kemudahan dari Allah, begitu keyakinan kami. 7 hari adalah waktu yang sangat panjang untuk melakukan banyak hal. Segera kubuat konsep yang perlu dipersiapkan sampai pelaksanaan kegiatannya. Sebelumnya, pengurus ROHIS akhawat dan Pengelola Mushallah Istiqamah MIPA kurang sepakat dengan usulan ini mengingat waktu yang sangat terbatas dan persiapan dana yang sangat minim.
”Afwan akhi, saya berharap untuk kegiatan-kegiatan selanjutnya diinformasikan kepada akhawat. Karena kami tidak bisa melakukan persiapan kalau acaranya dadakan kayak gini.”, masukan ketua rohis akhawat dari balik hijab di musallah ketika aku sampaikan bahwa secepatnya kita harus adakan seminar.
”Syukran atas masukan akhawat, sejujurnya ana juga pesimis melangsungkan kegiatan ini kalau ana tidak persiapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Insyaallah saya yakin, ikhwan dan akhawat bisa mensukseskan kegiatan ini. Terkait dengan dana alhamdulillah sejak beberapa hari lalu sudah kukumpulkan lewat infak dari ikhwan, dan beberapa donatur yang telah menyatakan kesiapannya membantu. Pamflet juga sudah diprint lebih 300 lembar, sekarang job kita adalah tinggal mensosialisasikan kegiatan ini di seluruh fakultas dan di sekitar area pondokan mahasiswa. Selain itu, dihari H-nya, persiapan harus benar-benar matang dan sukses. Besok kita rapat tentang tekhnisnya !”.
”Insyaallah !”, Terdengar suara ikhwan yang ikut rapat melingkar di hadapanku secara serempak, dan akhawat dari balik hijab.
Alhamdulillah dengan musyawarah dan kesungguhan ikhwan ataupun akhawat yang terlibat, kegiatan itu akhirnya berjalan baik, disambut meriah oleh banyak mahasiswa dari berbagai fakultas tidak hanya Unhas tapi juga kampus Politeknik negeri ujung pandang yang kemudian meminjamkan mesjidnya sebagai tempat pelaksanaan kegiatan tersebut. Menariknya pada kegiatan itu, dua ustads yang kami undang mengisi materi, satu meninjaunya dari sisi kebohongan historis, juga dari sisi pendangkalan dan yang lainnya dari sisi pengrusakan akidah. Kegiatan itu berakhir penuh haru, peserta mahasiswa terutama yang wanitanya banyak akhirnya sadar dan berazam untuk tidak lagi merayakannya. Pertanyaan dan pengakuan mereka mengisyaratkan hal itu. Sebagai pelaksana memang itu yang kami harapkan, semoga peserta yang hadir atau mereka yang hanya sekedar melihat pamflet tanpa berpartisipasi, bertaubat dan meninggalkan hari raya setan itu. Kegiatan positif semisal ini tidak boleh berhenti, mesti di lanjutkan dengan kegiatan lain secara berkala seperti bedah buku yang memang telah kami rencanakan sebelumnya, membedah buku yang berjudul ”Yang Muda yang Takut Dosa”. Sebuah buku yang cukup laris dan ditulis oleh salah seorang ikhwan yang kupanggil ka’ Ali di Mesjid Pondokan Unhas. Bedah buku inipun terlaksana tanggal 17 bulan maret lalu dan kami mengadakan lomba resensi buku sebagai bentuk kegiatan pra bedah buku tersebut yang mengundang perhatian besar dari mahasiswa tidak hanya dari berbagai fakultas di Unhas tapi juga di luar unhas. Sub’haanallah, para tokoh masyarakat tak ingin ketinggalan kesempatan berharga ini, mereka memandang kegiatan ini salah satu upaya penyadaran bagi remaja yang moralitas mereka cukup memperihatinkan. Hebohnya, Tiga pemateri kami hadirkan Pada kesempatan itu sesuai keahlian masing-masing sehingga buku itu dibedah dengan tiga topik utama, mengapa harus pemuda?, tinjauan psikologi, dan tinjauan syariah mengenai judul buku yang muda dan yang takut dosa.
Sekarang pekan terakhir bulan april. Bulan dua dan tiga kemarin aku tidak bisa fokus dengan skripsi karena kegiatan-kegiatan itu. Kini dua bulan itu telah berlalu, untungnya di semester delapan ini selain skripsi aku sudah tidak punya kuliah lagi. Ujian komphrehensif sebagai salah satu syarat utama sebelum menyusun skripsi yang menuntut pendalaman dan pemahaman seluruh materi yang pernah dikuliahakan sejak semester satu sampai semeser tujuh telah aku lewati dihadapan lima penguji, Alhamdulillah. 2 langkah lagi tekad itu akan terwujud, seminar proposal dan ujian sidang. Namun apakah ini kelalaian ataukah pilihan?. Setelah ujian komphrehensif di awal april, seharusnya Skripsi menjadi skala prioritas, namun aku harus melibatkan diri dalam kegiatan besar UKM LDK MPM Unhas berupa seminar, bedah buku, pameran, donor darah, yang dikemas dengan nama Syariah Expo pada tanggal 14-17 April 2007 di gedung Baruga unhas. Aku salah satu dari SC Syariah Expo yang dimandat. Dalam hati aku niatkan nanti setelah acara ini berakhir baru fokus dengan Skripsi. Laa haula walaa kuwwatan illa billah, aku beharap keputusan ini sebuah pilahan. Kegiatan syariah expo berakhir, Sehari setelahnya kembali aku dikejutkan dengan mandat yang lain sebagai SC Ramah Tamah SAINS (Studi Al-Qur’an Intensif) yang dilaksanakan awal mei mendatang, lagi dan lagi kubulatkan tekad untuk mensukseskan kegiatan ini dulu baru fokus ke Skripsi. Masyaallah belum lagi kegiatan Ramah tamah SAINS berlangsung, sekarang ini aku harus berfikir bagaimana mengonsep kegiatan SII 2, kegiatan yang menjadi penentu kepengurusan kedepan di tubuh UKM LDK MPM Unhas. Sub’hanallah bagaimana mungkin aku bisa fokus dengan skripsi jika di hadapanku sekarang ini ada Agenda kegiatan yang besar, agenda kegiatan yang besar dalam maslahat dakwah di kampus. Aku ingin menangis, mengaduh dan mengeluh tapi kepada siapa ?. Seolah cita-cita untuk mengakhiri predikat mahasiswa pada bulan enam ini tidak dapat kucapai. Ya Tuhanku apakah aku akan meninggalkan amanah-Mu ini dan fokus pada kepentingan duniaku ?. Tidak!. Hal itu tidak mungkin kulakukan. begitu kata hatiku. Dakwah tidak hanya pekerjaan besar tapi juga pekerjaan terbaik dari seluruh pekerjaan yang ada di kampus bahkan di dunia.
Aku teringat surat email yang pernah dikirim oleh saudaraku, saudara yang pernah menggores sejarah kehidupan yang baik di relung jiwaku. Dalam surat itu dia mengisahkan suatu pengalaman menarik dan syarat akan pelajaran, kisahnya begini :
Suatu hari seorang dosen masuk ke ruang kelas dan mengatakan
“Hari ini kita quiz”. Anehnya, justru dosen itu mulai mengeluarkan ember, batu besar, krikil, pasir, dan air dari tasnya kemudian meletakkan semua barang2 itu diatas meja.
Ia mengisi ember tersebut dengan batu besar sampai ember itu penuh. Kemudian sang dosen yang baik hati itu bertanya “Apakah ember ini telah penuh?”
seiisi kelas tentu menjawab “Iya!!!, sudah penuh!!.”
Dosen yang membuat mereka penasaran itu bergumam “Benarkah ?”
Sekarang ia kembali mengisi ember dengan krikil. Dan ternyata krikil tersebut dapat masuk ke celah2 batu besar. Lalu dosen yang sepertinya menyembunyikan sesuatu itu kembali bertanya, “Apakah ember ini telah penuh?”, kelas menjadi hening, sepertinya mahasiswa ragu menjawab. Tiba2 Salah seorang dari mereka (mahasiswa di kelas itu) memecah keheningan itu. Dengan suaranya yang keras menjawab “Mungkin belum”. Pa’dosen tersenyum mengembang mendengar jawaban itu, “Bagus sekali”. Ia pun mengambil pasir dan memasukkannya ke dalam ember itu dan ternyata memang belum penuh. Kini ia kembali mengajukan pertanyaan, “Apakah ember ini telah penuh?”, seisi kelas kompak menjawab “beluuum!!!” mereka tidak lagi ragu menjawabnya.
Senyum beliau yang membuat mereka semakin penasaran itu kian mengembang penuh persahabatan. Sebotol air yang turut disertakan dalam tasnya dimasukkan ke dalam ember dan air itu dapat masuk ke ember tanpa tumpah sedikitpun.
Dosen itu mencoba mengorek kepahaman mereka termaksud kepahaman saudaraku yang becerita ini, dengan apa yang barusan diperagakannya, “Apakah kalian tahu maksud dari semua ini?”
seorang mahasiswa memberanikan diri berkomentar, “Maksudnya adalah tak peduli seberapa padat jadwal kita. Kita pasti dapat mengaturnya”
dengan menggeleng dosen itu berkata “Bukan, bukan itu, tapi maksdunya adalah dalam hidup ini kalau kalian tidak memprioritaskan batu besar maka semua hal yang lain tidak akan ada artinya
sebelum menutup kisahnya, saudaraku itu bertanya padaku, ”Menurut kk, batu besar dalam hidup kk apa?.
Yah, setiap orangkan punya prioritas yang berbeda tergantung cara pandang masing2 orang.”
Setiap kali aku hendak memilih dan melangkah, kisah ini akan selalu tebayang dan sepertinya kurasakan ada pertanyaan terlontar dari lubuk terdalam, Benarkah yang kulakukan ini batu besar yang akan mengisi wadah kehidupanku???. setiap orang memang punya perioritas yang berbeda tergantung cara pandang mereka, tingkat pemahaman, basic keilmuan, dan kepentingan mereka sebagaimana kalimat terakhir yang ditulis saudaraku itu sebagai penutup kisah. Bila pertanyaan itu muncul aku akan segera menutup mata, mengadu dan seakan meminta kepastian pada-Nya lalu tersenyum seraya menghibur diri dan berkeyakinan bahwa ketika yang kulakukan ini adalah untuk maslahat dakwah, agama dan kepentingan akhirat maka aku tidak perlu sedih karena apa yang kulakukan seolah aku menanam padi yang cepat atau lambat akan tumbuh rumput di sampingnya. Bila segala potensi kuhabiskan hanya sebatas dunia, maka seolah aku menanam rumput yang sampai kapanpun tidak akan pernah tumbuh padi di sampingnya. Pertanyaan yang ditanyakan itu akan kujawab bahwa Segala harapan dan doa semoga penundaan wisuda ini bukan kelalaian tapi benar-benar pilihan. Benar-benar pilihan yang menjadi batu besar dalam kehidupanku.
Aku menghela nafas, jam sudah menunjukkan pukul 08.30 tidak terasa sejam lebih waktu yang kuhabiskan di depan danau itu. Aku harus segera kembali ke mesjid Al-Mubarakah, tempat tinggalku sekarang ini. Banyak waktu akan terbuang bila kuturuti keinginan untuk berlama-lama di pinggir danau ini. Kumasukkan agenda kesayangan ke tas. Terlihat penjual poteng (tape yang diberi es batu lalu di beri sirup marjan) lewat, keinginan pulang jadi surut. Malah keinginan lain yang muncul. Keinginan menikmati poteng sebelum meninggalkan danau itu. Aku berharap semangkok poteng bisa menghilangkan lapar dan dahagaku pagi ini. Dan aku berharap, ini juga bagian dari pilihan bukan sengaja menunda waktu. He..he...he.. Apalagi yang ditunggu kalau poteng udah di depan mata?, GPL (ga Pake Liat-liat) langsung santap aja, Bismillah.

0 komentar: