SMART MENCURI PERHATIAN

Download tulisan ini "Bismillah"

Dalam metode ilmu matematika siapapun akan dituntut untuk menyelesaikan sesuatu dengan cara yang sistematis dan terstruktur. Seseorang harus bisa melihat dan mengumpulkan semua informasi mengenai apa yang diketahui termasuk rumus apa atau sarana apa yang akan digunakan sebagai proses. Setelah itu barulah dengan pikiran yang tetap jernih mencoba untuk mengetahui apa masalah yang tengah dihadapi atau masalah apa yang mau diselesaikan. Kalau kedua hal itu telah jelas, apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, maka langkah selanjutnya adalah bagaimana penyelesaiannya atau bagaimana memadukan antara apa yang diketahui dan proses apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Nah saudaraku mujahid fillah sekarang ini kita akan sharing atau brain storming bagaimana Mencuri Perhatian mad’u (objek dakwah). Ini penting, sebab tidak sedikit kita jumpai mujahid di medan dakwahnya mengutarakan masalah susahnya mencari perhatian mad’u untuk bisa mengajaknya merasakan nikmat dan indahnya mempelajari islam (tarbyah) setiap pekannya atau paling minimal mad’u mau duduk sebentar dalam majelis pengajian yang sebulan sekali. Saudaraku mujahid fillah, betapapun susahnya lika-liku dakwah yang harus dihadapi, lebih susah lagi mempertahankan nikmat hidayah islam yang telah Allah perkenankan pada diri mujahid. Karena itu bersabarlah untuk terus berbuat yang terbaik bagi kemaslahatan Islam dan kemaslahatan saudara muslim. Hanya dengan cara itulah Allah akan mempertahankan hidayah terpatri di dalam jiwa dan hanya dengannya pula Allah akan semakin memperbaiki amalan-amalan mujahid. Mau bukti?!!, mujahid tadabburi sendiri yah Qalam Allah dalam Q.S. Al-Ahzab (33) ayat 70. Inti dari ayat itu adalah perintah Allah untuk terus mengucapkan kalimat yang baik dan benar. Kalimat yang baik dan benar itu adalah kalimat dakwah sebagaimana ditegaskan oleh Qalam Allah di surah fushshilat (41) ayat 33. So… kalimat-kalimat yang mengucur dari bibir mujahid bila terwarnai dengan kalimat dakwah maka janji Allah bagi mujahid adalah diampunkan dosa dan diperbaiki amalan2, inilah inti dari kelanjutan Q.S. Al-Ahzab (33) ayat 71. Nah sekarang mari menyelesaikan masalah mujahid yang satu ini dengan metode rumus smart mencuri perhatian.

Diketahui : - Besarnya janji Allah atau keutamaan bagi mujahid yang berdakwah.

- Rumus-rumus penting (Smart Mencuri Perhatian) bagi mujahid

1. Memperhatikan urusan saudara muslim

2. Senyum dan berwajah ramah

3. Memanggil dengan nama yang disenangi saudara muslim

4. Bicara yang baik atau diam

5. Menyayangi saudara muslim

Ditanyakan : Bagaimana mencuri perhatian mad’u agar tertarik dengan dakwah yang mujahid serukan?

Penyelesaian : Ramu dan gunakanlah apa yang diketahui untuk solusi masalah yang ditanyakan.

1. Memperhatikan urusan saudara muslim

Salah satu indikasi benarnya mujahid sebagai ummat rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam adalah dengan kepedulian atau kepekaan jiwa dalam memperhatikan urusan saudara muslim. Untuk bisa meraih simpati mad’u maka mujahid harus menjadi orang penting bagi mereka, menjadi orang yang peduli dan memperhatikan kepentingan mereka. Hanya saja, seberapun baiknya menjadi orang yang penting bagi mad’u namun yang lebih penting adalah menjadi orang baik bagi mereka, itulah yang utma dan terutama. Dan mujahid tidak akan pernah bisa menjadi orang baik sampai mujahid bisa dan siap menempatkan diri sebagai pelayan bagi ummat secara umum dan mad’u secara khusus, lalu memberikan bantuan pada mereka penuh ketulusan, tanpa tendensi apapun.

Mujahid fillah, ketika mujahid kembali membuka lembar demi lembaran sirah nabawi maka ditemukan betapa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sang idola dan sebaik-baik murabbi adalah pribadi yang teramat sangat peka dengan kondisi mad’unya. Dengan wajah penuh keramahan tersirat ketulusan penuh perhatian dan dengan segenap jiwa raganya, beliau membantu dan menolong mereka yang susah. Sepertinya ini satu diantara sekian banyak rahasia para mad’u jatuh cinta kepada akhlak beliau dan bersedia menjadi pengikut yang setia sekalipun nyawa adalah konsekuensi yang harus dipertaruhkan.

2. Senyum dan berwajah ramah

Saudaraku mujahid, bukankah telah sampai ditelinga mujahid perkataan asatidzah yang menerangkan dan menjelaskan sabda rasul yang mulia bahwa senyum itu adalah sedekah dan larangan beliau untuk menganggap remeh sekecil-kecilnya kebaikan sekalipun seulas senyum kegembiraan yang bisa dipersembahkan bagi saudara muslim?, ya aku yakin mujahid memahami hal ini. Ketahuilah, sungguh ekspresi wajah adalah bahasa yang lebih tajam dan lebih dalam maknanya daripada bahasa lisan. Karena ia laksana cermin yang memantulkan kepribadian tesembunyi dan akhirnya telihat oleh mad’u. Karena itu jangan abaikan kebiasaan sekaligus petunjuk Rasul ini, segeralah temui saudara muslim, tersenyumlah padanya dengan senyum penuh keramahan bukan dipaksakan. Senyum yang jernih dan tulus akan melapangkan jiwa, keindahan pun tampak jelas pada diri mujahid dan dampaknya bagaikan sihir yang mampu melunakkan hati yang keras, membuka hati yang tertutup rapat, menembus relung hati lalu meresap kedalam potensi yang tependam dalam diri manusia, hingga terjalinlah ikatan ukhuwah yang teramat sangat kuatnya antara mujahid dan mad’u itu. Setelah kesan pertama ini begitu menggoda selanjutnya teserah muajahid …

3. Memanggil saudara muslim dengan nama yang disenanginya

Ust. Nur ihsan, Lc semoga Allah memuliakan beliau, senantiasa mengingatkan dan menasehatkan para mujahid agar diawal perkenalan dengan mad’u, setelah saling menyebutkan nama maka hafalkan baik-baik namanya jangan sampai terlupakan. Lebih lanjut beliau menegaskan bahwa tidak ada yang lebih menggembirakan bagi mad’u kecuali di kesempatan pertemuan berikutnya mujahid memanggil namanya lengkap tanpa kesalahan dalam penyebutannya. Panggillah saudaramu dengan panggilan yang menyenangkan baginya. Jangan seperti mereka (pemuda/pemudi) yang belum memahami agama ini, karena alasan keakraban yang terbangun diantara mereka sudah demikian solid sampai-sampai berani memanggil temannya dengan sebutan “BIMOLI” (bibir monyong lima centi), atau karena kulit teman agak gelap dipanggilnya “Habbatussaudah”, “Toming se” (tolong minggir sedikit) atau istilah-istilah lainnya. He..he..he..

Saudaraku mujahid, ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengemukakan suatu pemikiran kepadanya, maka Abdu syar berkata, “Sungguh ini adalah pemikiran yang bagus. Ulurkan tangan anda saya akan membai’at anda”. Nabi lantas bertanya, “Siapa nama anda?”. Dijawabnya, “Abdu Syarr”. Nabi heran mendengar namanya itu karena bemakna hamba kejahatan. Nabi tesenyum lalu dengan lembut mengatakan padanya, “Tidak! (Itu nama yang kurang tepat), (saya akan memanggil) anda Abdul khair (hamba kebaikan)”. Lalu Abdul khair pun masuk islam setelah itu.

4. Bicara yang baik atau diam

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tidak pernah berbicara kecuali kebaikan. Kalaupun beliau diam maka diamnya itu karena tiga perkara, untuk berdzikir kepada Allah, untuk berfikir dan untuk memuliakan seseorang yang bebicara di hadapannya. Ketika seseorang mulai berbicara maka beliau akan memperhatikannya tanpa menolehkan pandangan darinya, tidak menyanggah pembicaraannya dan tidak pula berlagak sombong dihadapan lawan bicaranya.

Mujahid harus benar-benar mempraktekkan dan mengamalkan sunnah nabi ini ketika berhadapan dengan mad’u yang sedang bicara. Ibnu Muqaffa’ berkata, “Belajarlah mendengar yang baik sebagaimana belajar bebicara yang baik. Diantara bentuk mendengar yang baik adalah membiarkan orang yang berbicara terus bicara hingga habis pembicaraannya, tidak bernafsu untuk segera menjawab, menghadapkan wajah padanya, memandang kepada yang berbicara dan menyimak apa yang diucapkannya”.

Mujahid tidak akan pernah menjadi Pembicara yang baik sampai bisa menjadi pendengar yang baik. Banyak orang yang gagal memberikan kesan yang baik ke dalam jiwa orang yang pertama kali ditemuinya, hanya karena mereka tidak memberikan perhatian yang layak kepada orang lain.

5. Menyayangi saudara muslim.

Kasih sayang itu diibaratkan sebuah mata air yang bergejolak keinginannya untuk melepaskan beribu-ribu kubik air bening yang membuncah dari dalamnya tanpa pernah habis. Meskipun air-air itu mengalir dengan demikian derasnya mengikuti alur sungai menuju laut, mata air dipegunungan tidak pernah mengharapkannya kembali. Tentu yang kami maksudkan adalah dengan memberi kasih sayang yang tulus akan menjadi kekayaan jiwa bagi mujahid yang tidak mengharapkan pamrih atau balasan dari mad’u yang merasakannya. Dalam bait-bait syair nasyid raihan tentang kasih sayang tertulis sebagai berikut,

Kasih sayang itu titik, kasih sayang penghubung hati

Kasih sayang itu tali, kasih sayang pengikat diri.

Dari kasih timbul simpati dengan sayang ada persaudaraan.

Karena kasih ingin berbakti saling sayang maaf memaafkan.

Nah saudaraku mujahid fillah tebarkanlah benih kasih sayang dalam jiwamu dan biarkan curahan cinta dan perhatianmu terhadap saudaramu semakin menyuburkan benih itu lalu menyembullah tunas perilaku yang real sebagai manifestasi benarnya kasih sayang yang mengakar di jiwamu dan teruslah tumbuh dan pilihara hingga rimbunan pohon ketulusan akan dirasakan oleh orang yang bernaung di bawahnya dan manis buahnya berupa hidayah iman dan islam akan dinikmati oleh mereka. Semua itu karena keistiqamahan dan kesabaran mujahid terhadap mereka.

Nah sebagai penutup dari perjalanan mujahid membaca tulisan ini yang semoga mengantarkan pada solusi atas masalah yang kerap kita temui itu, kami juga mengharapkan mujahid sudi membaca tulisan tips dakwah fardhyah yang bisa di download di blog: duniamujahid.blogspot.com pada bagian artikel Tips menarik yang berkorelasi dengan tulisan ini. Semoga bermanfaat bagi kami dan mujahid di medan jihad di bumi Allah. Sepenggal hadits dari rasululullah Shallallahu Alaihi Wasallam,

“Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain. Dia tiada menzhalimi dan menyusahkannya. Barang siapa yang memenuh hajat saudaranya, maka Allah akan memenuhi hajatnya,. Barang siapa yang melapangkan satu kesusahan kepada seorang muslim, maka Allah akan melapangkan salahsatu kesusahan diantara kesusahan-kesusahannya di hari kiamat nanti. Barang siapa yang menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di hari kiamat.” (H.R.Bukhari).



0 komentar: