TUKANG CUKUR

By: Aziz Zaenuddin 
<aziz_zaenuddin@yahoo.com>


Untuk sekedar menghangatkan suasana, tukang cukur memulai percakapan dengan pasiennya:
 “pak, bukankah ALLAH itu maha pengasih dan penyayang , tapi kenapa ya manusia didunia masih banyak yang miskin...?”.
Bapak yang  dicukur  tak menjawab, kemudian si tukang cukur bertanya kembali:
“Pak, ALAH  kan maha adil dan bijaksana, tapi kok masih banyak ya yang bertengkar dan berperang gara-gara masalah keadilan”.
Si bapak hanya kembali diam...
“Pak kenapa ya, katanya ALLAH itu maha kaya dan tak pernah pilih kasih. Tapi kok masih saja orang seperti saya dari dulu hanya sbagai tukang cukur, tak pernah ada perubahan sedikitpun “.
 
Hampir lebih dari tiga kali tukang cukur itu bertanya, sampai proses pencukuranpun selesai, tetap saja si bapak tak mau menjawab. Dia hanya berujar:
“berapa pak?”
“Lima ribu”, jawab tukang cukur.
Setelah membayar si bapakpun beranjak.
“yee, diajak bicara kok malah diam”, gerutu sang tukang cukur seolah memarahi pasiennya dari belakang.
Lima belas menit kemudian si bapak yang dicukur itu kembali, sontak sang pencukur merasa heran dan bertanya:
“ada apa pak?, ada yang tertinggal?”.
“nggak, saya merasa heran saja sama orang yang berada diujung jalan sana”, kata si bapak sambil menunjuk ditepi jalan sana, kemudian melengkapi pernyataannya:
“kenapa ya rambutnya itu gimbal,panjang, dan  seperti  tak pernah terurus, padahal tempat ini terkenal dengan tukang cukurnya”, papar  si bapak seolah keheranan.
“wah pak, kalau saja orang itu datang ketempat saya, saya akan mecukur rambut dan merapikan penampilannya, saya kan tukang cukur yang handal”. Sambil menunjuk dadanya yang terlihat tulang rusuknya.
“nah bapak itu tahu,, kenapa bapak tadi harus bertanya kalau ALLAH itu tak adil, dan ALLAH itu tak pernah memberikan kekayaan kepada makhluknya,,,? itu karena mereka sendiri yang selalu menjauhi ALLAH, seperti menjauhnya orang berambut gimbal tadi terhadap tukang cukur, padahal kalau saja ia mau berinteraksi dengan tukang cukur pasti dia akan teratur dan rapi. Begitupun manusia terhadap KHALIQnya, jika saja dia mau mengeluhkan setiap masalahnya dan percaya bahwa Dialah maha segalanya, pasti hidup manusia akan dibahagiakan dunia dan akhirat”. Tegasya dengan berusaha tanpa menggunakan irama menceramahi dalam bicaranya.
Sang pencukurpun mulai bermanggut mengerti, seperti ada nuansa bening yang mangait dalam hatinya, tetesan hangat dari matanya mulai megalir deras, dan  mulailah bergumam kembali:
 
“aku harus kembali pada sang ILLAHI dari sebuah keterlupaan ini”.

0 komentar: