Radio Dakwah Mengantarku Menuju Hidayah

Kisah ini dikutip dari : http://nurani107.blogspot.com/

Dari Jamal di Sumenep Jawa timur
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb
Pendengar Nurani yang baik
Sebenarnya Kisah ini sudah 2 bulan aku tulis, tetapi karena belum memiliki keberanian untuk mengirimkannya, maka kisah inipun akhirnya kulayangkan juga ke redaksi nurani, dengan harapan agar kisahku ini bias menjadi pelajaran berharga buat pendengar sekalian.
Pendengar, berbahagialah bila kalian berada ditengah-tengah komunitas muslim yang kuat imannya dan eksis organisasi islamnya, jujur aku bukan dari organisasi islam manapun, sebab didaerahku, khususnya dikampungku jarang sekali ada dai yang berkunjung kesini, walaupun ada, tetapi hanya dapat dihitung dengan jari dan keberadaan merekapun hanya beberapa saat, singgah dimesjid lalu meneruskan perjalanannya. Yaahh begitulah, padahal aku adalah tipikal orang yang suka sekali belajar agama, ajaran-ajaran islam murni berdasarkan Al-Qur’an dan hadits Rasulullah, tetapi apa boleh buat, keinginan itu harus kupendam dalam hatiku yang paling dalam manakala aku menyadari bahwa tidak ada media yang menjadi pendukungnya. Aku sendiri sebetulnya hanya sampai kelas 2 SMA, dengan alasan tak sanggup membayar biaya sekolah, akhirnya aku lebih memilih mencari kerja dengan segenap kemampuan dan keahlianku meskipun tidak berbekal ijazah, dan Alhamdulillah aku dianugerahi pekerjaan yang sedikit membantu meringankan beban ekonomi keluarga, yaitu menjadi penjaga toko elektronik di kotaku, yang lumayan jaraknya dari kampong halamanku, tetapi aku begitu menikmati pekerjaan itu. Setiap hari dengan bekal sepeda butut bapak aku mengayuhnya hingga kekota, awalnya memang berat tapi lambat laun terbiasa juga, aku sendiri harus memilih itu semua demi menghemat pengeluaranku setiap bulannya, bagiku yang penting ada pemasukan yang halal setiap bulannya, hingga akhirnya mana kala mengetes sebuah Radio Mini Compo dari seorang konsumen, tiba2 aku mendapati sebuah frekuensi Radio yang menyiarkan pesan-pesan nasehat dan motifasi hidup, tertegun aku sesaat manakala mendengarkan sepintas acara-acaranya, hingga akhirnya kucatat baik-baik dalam benakku frekuensi radio tersebut, Alhamdulillah setelah kejadian itu aku mulai memanfaatkan Radio Butut milik bosku yang ada ditoko, kuputar setiap kali aku dating dan mematikan frekuensi radio tersebut saat jam pulang kerja, aku sangat bahagia sekali banyak pelajaran dan ilmu2 baru yang aku dapat dari siaran radio tersebut, dan dengan keinginan yang sangat besar untuk belajar lebih dalam lagi masalah agama, aku mengihlaskan separuh satu bulan gajiku untuk membeli sebuah Radio sederhana yang bias menemaniku dirumah sebelum berangkat dan sepulang dari tempat kerja, Alhamdulillah dengan diteman siaran Radio Dakwah tersebut aku jadi banyak tahu tentang hal-hal yang sebelumnya aku tahu, akupun telah menyiapkan sejumlah buku catatan untuk mencatat hal-hal yang penting untuk dicatat, 1 Program 1 buku, misalnya program bahasa arab aku mencatatnya disatu buku, begitu juga dengan kajian kitab atau program lainnya, sepintas memang Nampak aku seperti seorang mahasiswa yang sedang kuliah jarak jauh, begitulah caraku menimba ilmu syar’I manakala tidak ada media lain yang menjembataninya, dan aku sangat bersyukur karenanya, Alhamdulillah ibadahku juga semakin kuat, “Yaa Allah berkahilah dan anugerahilah nikmat sehat dan rezki buat para ustadz yang senantiasa membagi ilmunya melalui media radio termasuk para pemandu acaranya, aamiin “ pintaku dalam hati
Pendengar Nurani yang budiman
Perjalanan waktu semakin membuatku banyak mengetahui banyak hal pula, hafalan qur’anku pun semakin matang karena selalu mendengarkan Murottal pilihan dan kajian Qur’an, subhanallah, Alangka bahagianya aku saat itu, akan tetapi ternyata memang benar, bahwa Allah tidak akan membiarkan hambanya mengakui begitu saja bahwa dirinya beriman, melainkan setelahnya DIA akan mengujinya dengan caraNYA sendiri, dan demikian juga yang aku alami, mulai dari perubahan keluarga yang mulai berbeda memperlakukan aku, dimana ayah dan ibuku mulai tidak respon dengan penampilanku yang mulai membiarkan jenggotku tumbuh didaguku, dan celana panjangku kupermak agar tidak terlalu menutupi mata kaki, mereka juga mulai gerah dengan aku yang mulai membatasi diri bergaul dengan wanita2 yg bukan muhrimku, yang dulunya akrab denganku, apalagi setelah ayah mengetahui bahwa aku sudah mulai menyelisihi norma-norma agama dan adat istiadat nenek moyangku yang sudah turun temurun mereka jaga dan tak pernah mereka tingggalkan. Aku bingung, bagaimana cara menghadapi situasi seperti itu, berniat membangkang pun aku tak tega, sebab itu adalah hal yang tak pernah aku lakukan seumur hidupku pada mereka, ditambah lagi dengan kondisi  yang sangat memprihatinkan ditempat kerjaku, dimana bosku yang seorang nasarah begitu  gerah melihatku semakin rajin beribadah, dia bahkan sangat terkesan membatasi ruang gerakku disaat waktu sholat tiba, selalu saja banyak perintahnya pada saat adzan sudah berkumandang, dan aku harus mematuhi perintahnya sehingga hampir2 tak ada kesempatanku untuk menunaikan kewajibanku mengerjakan sholat, bahkan sholatku sudah mulai telat, aku mulai benci dengan situasi tersebut, ditambah lagi bosku mengambil radio yang biasa aku pakai untuk memantau siaran dakwah ditoko dan selalu memutar lagu-lagu kerohanian dari pagi sampai sore, aku jenuh, aku Ingin sekali berontak, tapi harus dengan cara apa?, aku hanyalah seorang karyawan biasa dan tidak memiliki wewenang apapun, haruskah aku keluar dari pekerjaanku?, lalu bagaimana nasib keluargaku yang selama ini bergantung dari penghasilanku, sementara di zaman sekrang ini begitu sulitnya mencari pekerjaan, apalagi dengan diriku yang tidak mengantongi ijazah apapun, diterima ditoko inipun sudah syukur sekali, yaa Allah, begitu sulit pilihan hidup yang ada dihadapanku ini?, tolonglah aku keluar dari masalah ini?, aku takut orang tuaku semakin marah dengan situasi ini, apalagi bila mereka mendengar kalau aku mengundurkan diri dari pekerjaanku hanya karena alas an yang belum mereka fahami sementara bila aku meneruskan pekerjaanku itu, maka ada banyak hal yang menjadi taruhannya, termasuk keistiqamahan imanku, oohh, sungguh sulit pilihan hidup ini. Pendengar.., dalam situasi seperti itu aku hanya pasrahkan segalanya kepada RabbKU, sebab darinyalah ujian ini, dan dariNYA pula solusinya insyaa Allah. Dengan selalu mendekatkan diri dalam setiap sujud dalam sholatku, kupanjatkan doa-doa kepada RabbKU meminta jalan keluar atas kebuntuan ini, hingga suatu malam saat aku sedang sendiri dikamar sambil mendengarkan Radio dakwah pavoritku, sangat tercengang dan gembiranya aku ketika mendengarkan sebuah uraian kajian yang sungguh memotifasi aku dan membangkitkan semangatku lagi “Ketika kita meninggalkan apa-apa yang dibenci oleh Allah, dan kita ihlas karenanya, maka ALLAH akan menggantinya dengan yang lebih baik”  dan “tidak ada ketaatan kepada orang tua apabila keduanya menyuruh kita untuk melakukan apa2 yg menyelisihi ALLAH atau ingkar kepadaNYA”. Penggalan demi penggalan nasehat itu semakin membuat aku lebih mantap untuk meutuskan perkara besar bagiku dan keluargaku, yaitu keluar dari pekerjaanku saat ini, dan berharap agar ALAH menggantinya dengan yang lebih baik.
Pendengar Nurani yang baik
Tepat tanggal 3 dibulan Agustus 2011 akhirnya kuputuskan untuk meninggalkan pekerjaanku, tidak ada rasa menyesal sedikitpun terbetik dalam hatiku, bahkan kurasakan ada kelegaan yang menyapa sum-sum tulangku, lega karena bias beribadah dengan tenang, lega karena tidak telat lagi dalam melaksanakan kewajibanku kepada RabbKu…, akan tetapi  seperti dugaanku bahwa semua itu akan memberi effect pada keluargaku, ayah dan ibuku, ayah yang mengetahui bahwa sudah 2 hari aku tak masuk kerja dan lebih memilih mencari ikan dilaut mulai menampakkan kemarahannya padaku, apalagi bila beliau pulang dalam keadaan mabuk, saat itu tepat ba’da isya, aku disidang dan dihajar matia-matian oleh ayahku, manakala kusampaikan dengan jujur bahwa aku telah berhenti dari pekerjaanku, beliau murka dan menghakimi aku karena menganggap bahwa keputusanku tersebut adalah keputusan bodoh dan tolol…sementara aku lebih memilih diam karena tidak ingin meladeni beliau yang saat itu lagi dipengaruhi oleh minuman keras.
“Dasar anak tolol, anak dungu.., kau fikir gamang apa cari pekerjaan dizaman sekarang???, anak sarjana aja banyak yang nganggur dan gak ada kerjaan, kamu malah meninggalkan pekerjaanmu hanya karena alas an yang sepeleh saja…, benar-benar tolol dan dungu kamu…, kalau alasanmu Cuma tidak bias sholat da nada lagu-lagu rohani mereka setiap hari kamu cuek saja, toh tuhan juga faham koq dengan hal-hal yg begituan, kamu kan sednang mencari rizki, emang mau apa tuhan marah kalau kita nyari kerjaan halal, dari pada mencuri dan ngerampok?, coba kamu fikir dengan logika…” ujar ayah dengan kemarahannya
“Maafkan saya yah, insyaa Allah saya akan segera cari pekerjaan lain…” jawabku perlahan
“apa??, nyari pekerjaan lain??, pekerjaan apa?, nguli?, ngerampok?, ngemis??, dasar otaku udang kamu.., fikirannya mundur aja, gak pernah maju-maju..” celoteh ayahku dengan kemarahannya yang semakin menjadi-jadi. “eh anak tolol, coba kamu pandangi baik-baik wajah ayah sama ibumu  ini, pandang baik-baik, kami ini sudah tua dan sudah tidak kuat lagi bekerja berat untuk menafkahi kebutuhan kalian, ehh begitu kamu besar dan diharapkan menjadi tulang punggung keluarga gantikan ayah malah jadi dungu begini, ini pasti gara-gara siaran radio yang selalu kau dengar itu, ehh asal kau tahu yaa, mereka itu memang bisanya menasehati, tapi faktanya ‘Nol’, coba kalau mereka jadi kita, yg hidupnya susah dan melarat kayak gini, apa bias mereka bias menjadi seperti apa yang mereka nasehati itu???!!!, mana radiomu itu, biar ayah rusakin sekalian, radio sialll..!!!” uajr ayahku sambil meraih radio yang terletak diatas lemari kayu yang tak jauh darinya dan membantingnya dilantai, aku sendiri tidak sempat mencegahnya karena posisiku berada lebih jauh dari radio itu. Hatiku sakit dan kecewa saat itu, tapi aku tak bias berbuat apa-apa, aku tidak ingin meladeni beliau yang sedang marah, sebab khawatir kemarahan beliau sudah tidak terbendung lagi.
“sekarang kau mau kerja apa?, mau kerja apa???!!, pokoknya ayah tidak mau tahu, mulai besok kau harus cari pekerjaan itu sampai dapat, dan jangan berani pulang kerumah kalau belum mendapatkan pekerjaan .., awas kalau berani kembali..!!” celoteh ayahku sambil mengusirku dari hadapannya.
Pendengar Nurani yang baik
Malam setelah kejadian itu, perasaanku semakin tidak menentu, aku sendiri bingung tak tahu harus berbuat apa, aku hanya berharap agar kemarahan ayah itu terjadi karena dibawah pengaruh miras yang diteguknya dan akan hilang setelah keesokan harinya, tetapi ternyata dugaanku salah, sebab dibesok harinya menjelang shubuh, tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara pintu yang digedor2, dan ternyata pelakunya adalah ayahku.
“bangun anak dungu, sudah pagi.., segera siap2 pergi nyari pekerjaan, ayo bangun…!!!” ujar suara ayah dengan nada ketus. Dengan tergopoh2 aku mendekati daun pintu dan membukanya perlahan.
“iya ayah.., insyaa Allah habis sholat shubuh saya akan segera siap2 kekota nyari kerjaan, doakan semmoga dapat..” jawabku pelan
“alaaaaahhh…, kenapa harus menunda2 segala, kalau kau berangkat  kepagian nanti keburu gak dapat kerjaan, ayo sana pergi mandi dan bersiap2…, sholat kan bias besok aja, shubuhkan gak ada habis2nya.., ayo pegi sana..!!” suara ketus ayah.
“Astagfirullah, kenapa ayah ngomong begitu, bukankah sholat itu adalah kewajiban kita sebagai umat muslim yang tidak bias ditunda kecuali dengan alas an tertentu saja??, lagian ini masih terlalu pagi ayah.., insyaa Allah kalau memang sudah ada rezki untuk kita tidak akan dimakan oleh siapapun ayah…, bukankah rezki itu sudah diatur oleh Allah?, dan masing-masing kita sudah ada jatahnya sendiri-sendiri ayah…” jawabku dengan lembut
“ellleeee…, gayamu kayak penceramah saja, udah pergi sana, gak usah sok ceramahin ayah, basi tahu, anak ingusan mau nyeramahin orang tua.., eh anak dungu sholat itu nomor 2, yang penting perut kenyang, emang dengan sholat rezki bias dating sendiri apa?!!”ketus ayah lagi..
 “Astagfirullah” gumamku dalam hati, aku tidak lagi meladeni ayahku karena khawatir beliau akan semakin bertambah marah, 2 alasan yg menyebabkan aku menjadi bungkam seribu bahasa menanggapi kemarahan ayah, pertama karena belum sampai hidayahNya untuk ayahku sehingga kebenaran apapun pasti dirasakannya pahit, yang kedua karena aku belum memiliki cukup ilmu untuk beradu argument dengan beliau, aku khawatir beliau akan tambah benci dengan sikapku bila aku memberi kesan-kesan buruk dihadapan beliau, akhirnya dengan segera aku bergegas bersiap2 diri untuk kekota mencari pekerjaan. Dan Alhamdulillah aku masih mendapati sholat shubuh dimesjid kampong sebelah yang aku lewati, dan dipagi buta itulah aku kembali mengayuh sepedaku menuju kekota untuk mencari pekerjaan, dengan harapan semoga Allah memberiku kemudahan untuk mendapatkannya, sebab ayah tidak mengizinkan aku pulang kerumah bila belum mendapat pekerjaan yang bias membantu meringankan beban keluarga.
Pendengar Nurani yang baik
Dengan menanggalkan rasa malu, satu persatu toko yang berjejer di pusat perbelanjaan itu aku masuki dan aku tanyai lowongan kerjanya, tetapi hingga siang menjelang dan semua took telah aku masuki tak satupun diantaranya yang membuka alowongan kerja atau membutuhkan tenaga kerja, aku sangat bingung saat itu, hingga adzan dzuhur berkumandang akhirnya aku berteduh dan melaksanakan sholat dzhur dimesjid yang tak jauh dari pusat perbelanjaan itu, Alhamdulillah Radio yg dilempar ayah kemarin masih sempat kubawa dan tidak rusak parah, jadi aku masih bias menyimak siaran2 dakwah diradio tersebut, aku juga membawa buku2 catatanku. Aku berharap bahwa semangat untuk menuntu ilmu itu tetap ada dalam hatiku meskipun kondisi kadang tak mengizinkan. Hingga akhirnya setelah sholat dzuhur dan setelah sholat ba’diyah dzhur selesai kulaksanakan aku masih menyempatkan diri untuk mendengar Radio, disela-sela istirahat itulah aku didatangi oleh seorang lelaki paro baya, penampilan beliau sederhana namun memberi kesan alim dan ahli ibadah, disapanya aku dengan sapaan lembutnya. Dari perkenalan itu kuketahui bahwa nama beiau adalah Abu Maryam,dan dari perkenalan itulah terjadi perbincangan serius, hingga tanpa sadar aku menceritakan masalahku saat itu, dan Alhamdulillah dengan izin Allah aku ditawari beliau ikut bersamanya tinggal dirumahnya, beliau adalah seorang pedagang yang juga ahli ibadah, Subhanallah, dengan hati riang dan penuh suka cita aku menyambut gembira tawaran beliau, apalagi dengan menerima tawaran itu aku bias bekerja namun bias juga tetap dengan ibadah yang teratur. Sungguh luar biasa karunia Allah atas semua ini, ternyata setiap masalah ada jalan keluarnya selama kita tidak berputus asa karenanya. Pendengar.., sejak saat itu jadilah aku tinggal dengan beliau, selain materi yang kudapat dari beliau aku juga sering mendapati pelajaran2 berharga dari beliau, bahkan 2 minggu lalu ustd Abu Maryam memberiku kepercayaan untuk mengelola dagangannya, beliau kepasar yang lain dan aku sendiri berdagang kepasar yang lain, Alhamdulillah, aku juga bias sering menengok kedua orang tuaku dan memberikan sejumlah dana untuk kebutuhan mereka, kulihat ayah dan ibuku juga sudah mulai menerima diriku, meskipun kadang dalam kondisi tertentu ayahku sering gerah ketika melihatku yang telah berubah penampilan layaknya seorang ustd pula. Tapi aku yakin dan percaya bahwa semua itu terjadi karena kesempatan untuk merasakan manisnya hidayah itu, Yaa Allah karuniailah hidayah untuk kedua orang tuaku, aku saying mereka yaa Allah, jangan biarkan mereka menutup usianya dengan masih bergelimang dosa, berikan kesempatan yang sama untuk mereka sebagaimana Engkau memberiku kesempatan untuk merasakan manisnya hidayah ini, kabulkan yaa Allah.
Pendengar Nurani yang budiman
Demikianlah perjalanan kisahku ini, semoga bermanfaat untuk kita semua, dan untuk kita para penikmat media, jadikanlah media sebagai jalan untuk kita menuntut ilmu, tetapi bila kajian dan halaqah2 ilmu itu ada didepan matamu, datangilah, dan jangan sia-siakan, sebab bagi sebagian kaum muslimin tidak semua mendapat kesempatan yang sama, seperti halnya aku yang selama ini menuntut ilmu syar’I hanya dari radio yang kadang kualitas siarannya kurang bagus. Selamat menuntut ilmu, semoga ilmu yang kita dapat bermanfaat untuk orang banyak, aamiin

Wassalam


1 komentar: