Oleh : Ibn jauzy
Penerjemah : Samsul Basri, S.Si
Dusta adalah salahsatu penyimpangan yang hawa nafsu
mengajak kepada penyimpangan tersebut. Hal itu dikarenakan seseorang yang kecintaannya
terhadap kedudukan mendorongnya selalu ingin menjadi informan (nara sumber),
menjadi pengajar karena ilmunya, karena adanya keutamaan lebih seorang informen
(nara sumber) dibandingkan pendengar.
Adapun
pengobatan penyakit ini adalah dengan mengetahui azab Allah bagi pendusta, dan
selalu yakin bahwa membiasakan dusta kelak akan terlihat atau tercium padanya,
sedikit demi sedikit dan ia tak sanggup menghindari hal itu. Pada akhirnya rasa
malu kian membumbung, kegelisahan kian menyiksa, dan penghinaan bakal
diterimanya, pengingkaran manusia atas kejujurannya, dan menipisnya kepecayaan
mereka kepadanya, itulah buah dari kedustaan yang telah diperbuatnya.
Diriwayatkan
dari Abdullah, ia berkata : “Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi Wasallam bersabda
: ((Seseorang yang terus menerus berdusta, dan membiasakan dusta sehingga ia
dicatat di sisi Allah sebagai pendusta))” [1].
Ibnu Mas’ud berkata : “Setiap mukmin sudah ditabiatkan memiliki kekurangan
kecuali khiyanat dan dusta”.[2]
Referensi : Al-Aththibbu Ar-Ruhaniy
Bab sepuluh : Fii Dzammil Kadzibi
Penulis : Ibnu Jauzy
0 komentar: