Konsep Dasar Akuntansi Syariah



Oleh : Samsul Basri, S.Si
A.           Pendahuluan
Perekonomian merupakan tulang punggung kehidupan masyarakat. Dan islam sangat melarang segala sesuatu yang dapat merusak kehidupan perekonomian bangsa, seperti riba atau pembungaan uang. Islam juga melarang umatnya menumpuk uang atau menumpuk kekayaan, karena islam tidak membenarkan penganutnya memperkaya dan mementingkan diri sendiri demi keuntungan pribadi, memperbudak, dan memeras si miskin karena perbuatan tersebut akan membuat orang kikir. Islam mendorong pemerataan pendapatan dan kemakmuran ekonomi dalam masyarakat. Dan diantara solusi islam dalam upaya pemerataan pendapatan dan kemakmuran ekonomi masyarakat adalah dengan pemberdayaan ekonomi ummat melalui ibadah zakat, sedekah dan infak.
Pemberdayaan ekonomi ummat ini sebelum sampai pada tahap pendistribusian, yang juga tidak kalah penting untuk diperhatikan oleh pengelola ZIS (Zakat, Infak dan Sedekah) setelah upaya penghimpunan dana ummat adalah pendataan dan pelaporan. Hal ini dimaksudkan sebagai bentuk pertanggung jawaban kepada ummat dan untuk tetap menjaga kepercayaan ummat kepada pengelola ZIS. Apatah lagi dalam kajian harta wajib zakat, pemikiran dan penafsiran para sarjana Islam kontenporer cenderung mengarah kepada satu kesepakatan bahwa zakat dapat dikenakan hampir pada seluruh bentuk aset/harta seorang muslim. Sehingga Imam Syafi’i, jauh sebelumnya telah menerapkan prinsip-prinsip berhitung akuntansi dalam rangka kehati-hatian apatah lagi dalam urusan ibadah.[1]
Karena itu dibutuhkan kajian mendalam mengenai pentingnya pendataan, penyusunan, kalkulasi dan pelaporan pengelolaan harta ummat meliputi zakat, infak dan sedekah. Dimana kajian ini lebih dikenal dengan istilah Akuntansi syariah. Makalah yang disajikan ini hanyalah sebagai mukaddimah atau konsep dasar mengenal dan memahami akuntansi syariah.

B.            Defenisi Sepeutar Akuntansi
Akuntansi merupakan  seni pencatatan, penggolongan, pengklasifikasian dan pengikhtisaran dengan cara yang sepatutnya dan dinilai dalam satuan uang atas transaksi dan kejadian yang setidak-tidaknya sebagian mempunyai sifat keuangan serta diterapkan dalam laporan atas hasil pencatatan tesebut. Secara lebih teknis akuntansi merupakan kumpulan prosedur-prosedur untuk mencatat, mengklasifisikasikan, menggolongkan, mengikhtisarkan dan melaporkan dalam bentuk laporan keuangan.[2]
Menurut C. Rollin Niswonger, Carl S. Warren, James M. Reeve, Philip E. Fess pengertian akuntansi adalah sebagai berikut: Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem akuntansi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan (Niswonger, 1999:6).[3]
Buku dengan judul Asuransi Syariah Life and General Konsep dan Sistem Operasional mengutip beberapa pengertian Akuntansi Konvensional sebagai berikut : [4]
1.             Dalam buku A Statement of Basic Accounting Theori, akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur, dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi dalam hal pertimbangan dalam mengambil kesimpulan oleh para pemakainya.
2.             AICPA (American Institute of Certified Accountant) mendefenisikan akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya.
3.             APB (Accountig Prindiples Board) Statement mendefenisikan akuntansi adalah suatu kegiatan jasa, yang fungsinya memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi yang digunakan dalam emilih diantara beberapa alternatif.
Dalam ilmu pengetahuan moderen menegaskan bahwa akuntansi dikhususkan untuk menentukan kebijakan berbagai macam aktivitas, kemudian menyampaikan informasi berkaitan dengan hasil aktivitas tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dipergunakan dalam pengambilan keputusan. Prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut:
·         Membatasi dan mengumpulkan informasi tentang berbagai aktivitas.
·         Mencatat, memilah, dan menganalisis keterangan tersebut dengan defenisi dan dasar-dasar tertentu dan dalam tujuan yang ditentukan.
·         Menyampaikan informasi-informasi yang diperoleh dari langkah-langkah di atas kepada pihak yang berkepentingan untuk dapat dipergunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.[5]
Adapun pengertian Akuntansi syariah digali dari asal katanya, dimana akuntansi dalam bahasa arab biasa disebut muhasabah. Kata muhasabah berasal dari kata kerja hasaba, dan bisa juga diucapkan dengan hisab, hasibah, dan muhasabah. Kata kerja hasaba termasuk kata kerja yang menunjukkan adanya interaksi seseorang dengan orang lain. Pengertiannya seperti dalam kalimat, “menghitung semua amalnya untuk dibalas sesuai dengan amal tersebut.”[6]
Muhasabah secara bahasa adalah menimbang atau memperhitungkan amal-amal manusia yang diperbuatnya, sebagaimana firman Allah b :
وَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ عَتَتْ عَنْ أَمْرِ رَبِّهَا وَرُسُلِهِ فَحَاسَبْنَاهَا حِسَابًا شَدِيدًا وَعَذَّبْنَاهَا عَذَابًا نُكْرًا (٨)
“Dan Berapalah banyaknya (penduduk) negeri yang mendurhakai perintah Tuhan mereka dan rasul-rasul-Nya, Maka Kami hisab penduduk negeri itu dengan hisab yang keras, dan mereka dengan azab yang mengerikan.” (QS. ath-Thalaaq : 8)
Selanjutnya kata hasaba adalah hisab, yaitu menghitung dengan seksama atau teliti, yang harus tercatat di surat-surat atau buku-buku, seperti firman Allah,
فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ (٧)فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا (٨)  
“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah.” (QS. al-Insyiqaaq : 7-8)
Dari uraian bahasa di atas dapat dipahami bahwa kata muhasabah sama dengan kata hisab. Keduanya akar dari kata hasaba, dan bermakna menghitung dan menimbang dengan teliti/ akurat semua amalan manusia dan tingkah lakunya sesuai dengan apa yang tercatat dan terdaftar. Selain itu, hisab juga memiliki makna mendata, menyusun dan mengkalkulasi.[7]
Sehingga Akuntansi keuangan dalam Islam memfokuskan pada pelaporan yang jujur mengenai posisi keuangan, etentitas dan hasil. Hasil operasinya, dengan cara yang mengungkapkan apa yang halal dan apa yang haram. Ini sesuai dengan perintah Allah  untuk tolong menolong dalam mengerjakan kebajikan.[8]
C.           Landasan Syar’i
Beberapa dalil-dalil syar’i menjadi dasar akuntansi syariah dan sekaligus membedakannya dengan akuntansi konvensional sebagai berikut :
1.             Dalil Al-Qur’an
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. (al-Baqarah : 282)
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (an-Nisa : 135)
“Dan timbanglah dengan timbangan yang lurus.Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan” (asy-Syuraa’ : 182-183)
2.             Dalil al-Hadits
“Yang pertama dihisab di hari kiamat adalah shalat. Jika shalat itu dikerjakan dengan benar, benarlah semua perbuatannya. Tetapi jika shalat itu rusak, rusaklah semua amal perbuatannya.” (HR. Thabrani)
“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang lain.” (HR. Ibnu Majah, Ahmad, Malik)
3.             Kaidah Fikih
“Pada dasarnya, segala bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”
“Di mana terdapat kemashlahatan, di sana tedapat hukum Allah.”
4.             Pendapat Sahabat dan Ulama salaf
“Hisablah dirimu sendiri sebelum kamu dihisab, timbanglah amalanmu sebelum kamu ditimbang, dan bersiaplah untuk menhadapi hari di mana semua amal perbuatan dibeberkan.” (Umar bin Khatthab r.a)
D.           Prinsip Dasar Akuntansi
Dalam proses akuntansi yang telah dipraktikan dalam dunia usaha, terkandung prinsip dasar akuntansi dan sifat-sifat yang inheren (melekat/menyatu). Dengan memahami prinsip dasar akuntansi tersebut dan menerapkannya dalam proses akuntansi maka proses akuntansi yang dilakukan akan menghasilkan informasi akuntansi yang akurat dan dapat diperbandingkan. Jadi, sangat penting untuk memahami prinsip dasar akuntansi agar proses akuntansi yang dipraktikan dalam bisnis perusahaan berjalan dengan benar sehingga menghasilkan informasi akuntansi yang dapat dipertanggungjawabkan, taat azaz, akurat dan dapat diperbandingkan. Adapun prinsip dasar akuntansi tersebut yaitu :[9]
1.             Accounting Entity (Kesatuan Usaha Khusus), maksudnya bahwa yang menjadi fokus perhatian akuntansi adalah entity tertentu yang harus jelas terpisah dari badan atau entity yang lain. perusahaan dianggap berdiri sendiri terpisah dari orang atau pihak lain.
2.             Going Concern (Kontinuitas Usaha), yaitu dalam  menyusun  laporan  keuangan  harus  dianggap  bahwa  perusahaan (entity) yang dilaporkan akan terus beroperasi dimasa-masa yang akan datang, tidak untuk berhenti beroperasi.
3.             Akuntansi    adalah    sebagai    pengukuran    sumber-sumber    ekonomi (economic resources) dan kewajiban (liability) beserta perobahannya, yang disebabkan  transaksi  penerimaan  hasil  dan  pengeluaran  biaya  untuk mendapatkan hasil tersebut.
4.             Time Period (Tepat Waktu), intinya laporan keuangan menyajikan informasi untuk suatu waktu atau periode tertentu.  Jadi  setiap  laporan  harus  memberikan  periode  atau  tanggal tertentu.
5.             Pengukuran dalam bentuk uang, dimana transaksi perusahaan dilaporkan dalam ukuran moneter, bukan ukuran kuantitas lainnya seperti : kg, ha, km, dan sebagainya.
6.             Accrual Basis yaitu penentuan   pendapatan   dan   biaya   dari   posisi   harta   dan   kewajiban ditetapkan tanpa melihat apakah transaksi kas telah dilakukan atau tidak. Jadi diakui adanya utang - piutang.
7.             Exchange Price, yaitu nilai yang terdapat dalam laporan keuangan umumnya didasarkan pada harga pertukaran yang terjadi antara perusahaan dengan pihak lain. Harga inilah yang menjadi cost atau harga perolehan.
8.             Approximation, maksudnya dalam akuntansi tidak dapat dihindarkan penaksiran-penaksiran, pertimbangan, analogi, dan lain sebagainya.
9.             Judgement, yaitu dalam  menyusun  laporan  keuangan  banyak  diperlukan  pertimbangan- pertimbangan berdasarkan keahlian yang dimiliki sebagai ahli akuntansi.
10.         General Purpose, yaitu informasi   yang   disajikan   dalam   laporan   keuangan   yang   dihasilkan akuntansi   keuangan   ditujukan   buat   pemakai   secara   umum,   bukan pemakaian khusus, seperti untuk pajak, bank, pemilik saja.
11.         Interrelated Statement, yaitu neraca,  daftar  laba/ rugi,  dan  laporan  sumber  dan  penggunaan  dana mempunyai hubungan yang sangat erat dan berkaitan. Sehingga jika salah satu laporan dikoreksi maka akan mengharuskan perbaikan laporan lain.
Prinsip yang paling dasar dan utama yang menjadi pegangan dalam sistem akuntansi yang Islami adalah prinsip adil, transparan, dan jujur (amanah). Karena sistem akuntansi merupakan inernal perusahan yang jika tidak dilandasi oleh kejujuran dan transparansi, maka di sana akan terjadi rekayasa dan kecurangan. Dan jika tidak dilandsasi oleh prinsip keadilan, maka di sana dengan mudah terjadi pendzaliman terhadap hak-hak peserta.[10]
Dr. Husein Syahatah, pakar akuntansi Islam dari Mesir, menjelaskan beberapa prinsip-prinsip dasar yang harus menjadi pegangan bagi seorang akuntan, terutama dalam menyusun neraca keuangan : amanah, mishdaqiah (sesuai realitas), diqqah (teliti dan sempurna), tauqit (kuat dan tegas), adil dan netral, tibyan (jelas).[11]
E.            Tujuan Akuntansi Syariah
Secara umum tujuan akuntansi adalah sebagai berikut[12] :
a.              Mengetahui perubahan tiap jenis harta, utang, dan modal
b.             Mengetahui jenis dan jumlah beban usaha
c.              Mengetahui jenis dan jumlah pendapatan usaha
d.             Mengetahui laba atau rugi usaha dalam periode tertentu
e.              Mengetahui nilai harta, utang dan modal pada saat tertentu yaitu akhir periode akuntansi.
Adapun tujuan akuntansi keuangan syariah adalah sebagai berikut[13] :
1.             Untuk menentukan hak dan kewajiban dari pihak yang terlibat dengan lembaga keuangan syariah tersebut, termasuk hak dan kewajiban dari transaksi yang belum selesai, terkait dengan penerapan, kewajaran dan ketaatan atas prinsip dan etika syariat Islam.
2.             Untuk menjaga aset dan hak-hak lembaga keuangan syariah.
3.             Untuk meningkatkan kemampuan manajerial dan produktivitas dari lembaga keuangan syariah.
4.             Untuk menyiapkan informasi laporan keuangan yang berguna kepada pengguna laporan keuangan sehingga mereka dapat membuat keputusan yang tepat dalam berhubungan dengan lembaga keuangan.
5.             Diungkapkan dengan baik, akan meningkatkan kepercayaan pengguna serta meningkatkan pemahaman informasi akuntansi sehingga akhirnya akan meningkatkan kepercayaan atas lembaga keuangan syariah.
6.             Mendukung penyususnan standar akuntansi yang konsisten. Sehingga meningkatkan kepercayaan pengguna laporan keuangan.
7.             Sebagai laporan keuangan yang bertujuan menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.[14]
F.            Proses Akuntansi
Proses akuntansi adalah serangkaian kegiatan yang diawali dengan transaksi dan berakhir dengan penutupan buku – berakhirnya seluruh proses pencatatan pada periode tertentu. Karena proses ini diulang setiap periode pelaporan, ini disebut sebagai siklus akuntansi dan mencakup langkah-langkah utama, yaitu:[15]
1.             Tahap Pencatatan dan Penggolongan
Tahap pertama yang dilalui dalam proses akuntansi adalah tahap pencatatan dan penggolongan. Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam tahap pencatatan dan penggolongan antara lain:
a.              penyusunan atau pembuatan bukti- bukti pembukuan atau bukti transaksi, baik transaksi internal maupun transaksi eksternal.
b.             pencatatan ke dalam jurnal, baik jurnal umum maupun jurnal khusus.
c.              posting atau pencatatan ke buku besar, baik ke buku besar utama maupun buku besar pembantu.
2.             Tahap Pengikhtisaran/ Peringkasan
Tahap yang harus dilalui setelah melakukan pencatatan dan penggolongan yaitu tahap pengikhtisaran/peringkasan. Pada tahap pengikhtisaran/peringkasan, meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini.
a.              penyusunan neraca saldo, yang datanya bersumber dari saldo-saldo yang ada pada buku besar.
b.             penyusunan jurnal penyesuaian, untuk menyesuaikan dengan keadaan atau fakta yang sebenarnya pada akhir periode, dan penyusunan kertas kerja/neraca lajur yang bertujuan untuk mempermudah penyusunan laporan keuangan.
c.              pembuatan jurnal penutup, dibuat untuk mengetahui besarnya laba atau rugi suatu perusahaan, sekaligus untuk menutup perkiraan atau akun yang bersifat sementara (temporary account).
d.             pembuatan necara saldo setelah penutupan, dipergunakan untuk mengecek kembali pencatatan yang akan dilakukan pada periode berikutnya.
e.              penyusunan jurnal pembalik, dipergunakan untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan pencatatan pada periode akuntansi berikutnya.
3.             Tahap Pelaporan dan Penganalisaan
Tahap terakhir yang harus dilalui yaitu tahap pelaporan dan penganalisaan. Adapun tahap pelaporan dan penganalisaan meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini.
a.              Penyusunan laporan keuangan, yang terdiri atas Laporan Laba/Rugi, Laporan Perubahan Modal, Neraca, dan Laporan Arus Kas.
b.             Pembuatan analisa laporan keuangan digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi, baik untuk perkembangan usaha maupun penambahan investasi.








G.           Persamaan Dasar Akuntansi[16]
Dalam persamaan dasar akuntansi, ada tiga kelompok akun yang dijumpai, masing-masing adalah aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Pos pendapatan dan pos biaya dicatat dalam rekening-rekening tersendiri yaitu rekening pendapatan dan rekening biaya. Masing-masing jenis akun yang tergabung dalam kelompok rekening bersangkutan disediakan rekening tersendiri.
Peraturan pencatatan digunakan aturan debit kredit, yaitu aturan yang digunakan untuk mencatat perubahan aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan biaya dalam rekening yang bersangkutan. Persamaan Dasar Akuntansinya :
Aktiva = Kewajiban + Ekuitas + Pendapatan/ Biaya
                                                             Atau
Aktiva + Biaya = Kewajiban + Ekuitas + Pendapat 
Adapun Rumus Persamaan Akuntansi :
Aktiva = pasiv
Aktiva = Kewajiban + Ekuitas + Pendapatan biaya
Dimana,
Aktiva (Aset) adalah manfaat ekonomi dimasa mendatang yang cukup pasti, yang diperoleh atau dikuasi oleh entitas tertentu sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa masa lampau.
Hutang (Kewajiban)  adalah  Pengorbanan manfaat ekonomi dimasa men-datang yang cukup pasti, yang timbul dari kewajiban sekarang entitas tertentu untuk menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lain dimasa mendatang sebagai akibat dari transaksi atau peristiwa masa lampau 
Ekuitas (Modal) adalah hak residu dalam aktiva suatu entitas yang masih tersisa setelah dikurangi dengan utangnya.
Contoh  :                       Aktiva                  =                    Pasiva          
 (Rp 100.000.000,-)                         (Rp 100.000.000)



[1] M. Arief Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat Mengomunikasikan Kesadaran dan Membangun Jaringan, Jakarta : Kencana, 2008 hlm. 27.
[2] Prof. Dr. M Amin Aziz dan Rahmadi J. Hatta, SE. Ak, Akuntansi BMT, (Jakarta: Pinbuk Press, 2006), hlm. 1
[3] Niswonger, C. Rollin, dkk. 1999. Prinsip-Prinsip Akuntansi Edisi 19 Jilid 1. Penerbit Erlangga: Jakarta
[4] Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life and General Konsep dan Sistem Operasional, Jakarta : Gema Insani Press, 2004 hlm. 385 .
[5] M. Arief Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat Mengomunikasikan Kesadaran dan Membangun Jaringan, Jakarta : Kencana, 2008 hlm. 27.
[6] Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia Lengkap, edisi 2, Surabaya : Pustaka progresif, 2002.
[7] Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life and General Konsep dan Sistem Operasional, Jakarta : Gema Insani Press, 2004 hlm. 386-387.
[8] Ibid.
[9] Sutrisno, Akutansi Proses Penyusunan Laporan Keuangan, Yogyakarta: Penerbit Ekonisia, 2007, hlm. 32
[10] Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life and General Konsep dan Sistem Operasional, Jakarta : Gema Insani Press, 2004 hlm. 390 .
[11]  Husein Syahatah, Usul al-Fikri al-Muhasabi al-Islami, Pokok-pokok Pikiran Akuntansi Islam (terj.), Jakarta : Akbar, 2001 hlm. 181.
[12] A.O Simangunsong, Pengantar Akuntansi I, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2005, Hlm. 2
[13] Sri Nurhayati, Akuntansi Syariah di Indonesia, Jakarta : Salemba, 2009 hlm.  99.
[14]  Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta ; Salemba Empat, 2008  hlm. 3.
[15] Gusbud, Pengertian Fungsi dan Proses Akuntansi, http://www.pandidikan.blogspot.com diakses 30 Mei 2013, Pukul 21.46 WIB
[16] http://www.ut.ac.id/html/suplemen/eksi4207/eksi4207a/keg3.htm, diunduh jam pada 30/5/2013 jam. 20.30 WIB

0 komentar: