Oleh : Samsul Basri, S.Si
إِنَّا عَرَضْنَا الأمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ
أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الإنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا
جَهُولا (٧٢)
“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi
dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS. Al-Ahzab (33) : 72)
Dalam menafsirkan ayat ini, Ibnu Katsir dalam
tafsirnya mengutip riwayat Ibnu Abbas r.a bahwa sebelum Allah menawarkan amanah
kepada manusia lalu manusia menerima amanah tersebut,. Amanah itu telah ditawarkan
kepada tiga mahluk terbesar (langit, bumi dan gunung) akan tetapi mereka
menolak amanah bukan karena tidak mengharap keutamaan/kemuliaan yang Allah janjikan
bagi yang mampu mengemban amanah dan bukan pula bentuk perlawanan kepada Allah karena
tdak bersedia mengembannya. Lebih karena tawaran itu adalah “Pilihan” dan bukan
perintah. Dan Allah telah menetapkan, siapa yang mengambil amanah lalu
melaksanakan dengan sebaik-baiknya maka Allah akan meninggikan derajat dan
memuliakannya, sebaliknya mengambilnya lalu mengabaikannya maka azab dan
kehinaan Allah akan ditimpakan kepadanya. Karena itulah ketiga mahluk tersebut
memilih menolak mengambil amanah karena takut kalau-kalau amanah itu tidak
mampu diembannya.
Allah Azza Wa Jalla menegaskan kepada
Adam a.s, “Hal anta aakhidzun bimaa fiiha ?” maksudnya apakah engkau memilih
mengambil amanah dan siap atas konsekuensi yang terdapat pada amanah tersebut ?.
Adam a.s, sebelum benar-benar memilih mengambil amanah, bertanya kepada Allah, “Ya
Rabb, wa maa fiiha ?” wahai Rabb-ku dan apa konsekuensinya?. Kemudian
dijawab oleh-Nya, “In Ahsanta juziita, wa in asa’ta ‘uqibta” yaitu Allah
Azza Wa Jalla menjelaskan bila engkau menjalankan amanah dengan
sebaik-baiknya maka engkau akan dibalas dengan kemuliaan, dan sebaliknya bila
mengabaikannya engkau akan diazab.
As-Sa’di dalam tafsirnya menjelaskan bahwa
amanah yang dimaksud dalam ayat ini adalah “امتثال
الأوامر، واجتناب المحارم، في حال السر والخفية، كحال العلانية” artinya melaksanakan
segala perintah, dan menjauhi atau meninggalkan segala perkara yang diharamkan,
baik dalam kondisi sepi, diam-diam ataupun dalam kondisi terang-terangan.
Bila merenungi ayat ini, akan memelekkan mata bahwa hidup
di dunia ternyata bukan untuk bermain-main. Ada amanah yang harus dijalankan,
berupa ketakwaan kepada Allah Azza Wa Jalla yang menjadi penentu layak
tidaknya seseorang mendapat kemuliaan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat,
sebagaimana firman-Nya,
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ
إِلَيْنَا لا تُرْجَعُونَ
“Maka Apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya Kami
menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan
dikembalikan kepada kami?” (QS. al-Mu’minun : 115)
وَمَا خَلَقْتُ
الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS.Adz-dzariat : 56)
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ
عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. al-Hujurat : 13)
Amanah bukan hanya dalam
kaitannya manusia kepada Allah tapi juga antara manusia dengan manusia. Karena amanah
adalah ibadah dan ibadah itu sebagaimana defenisi para ulama, mencakup segala
sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah baik ucapan ataupun perbuatan,
yang nampak atukah yang tidak nampak. Bila seseorang memilih menjadi pedagang, tenaga
pengajar (guru/dosen), sebagai direktur di sebuah perusahan atau instansi, mencalonkan
diri sebagai pegawai pemerintah, hingga menjadi pejabat pemerintah dlsb, berarti
memilih mengambil amanah di tengah-tengah manusia. Bila amanah ini dijalankan
dengan sebaik-baiknya maka pujian Allah, kemuliaan dan keagungan-Nya akan
diberikan padanya namun bila amanah ini tidak dijalankan sebagaimana
seharusnya, yang terjadi adalah pasti ia melakukan kezaliman dan kebodohan dan
Allah akan menghukum serta menghinakannya di dunia dan di akhirat.
Di dalam Al-Qur’an,
disebutkan 4 sifat utama seseorang yang mampu menjalankan amanah dengan baik,
yang dengan sifat ini tidak akan terjadi kezaliman dan kebodohan, bahkan As-Sa’di
dalam menafsirkan ayat 26 surat al-Qashash menyebutkan bahwa sifat-sifat
tersebut harus diperhatikan oleh seseorang yang ingin memberikan amanah kepada
orang lain. Adapun sifat-sifat tersebut adalah Hafidzhun, ‘aliimun, qawiyyun
dan amiinun.
Dua sifat yang pertama Hafidzhun
dan ‘aliimun terdapat di surat Yusuf ayat 55. Ketua BAZNAS, Prof.
Didin Hafidhuddin menjelaskan bahwa pada sifat Hafidzhun (mampu menjaga)
terkandung di dalamnya nilai moral, kejujuran, etika, sungguh-sungguh dan
istiqamah dalam menjalankan tugas. Dan ‘aliimun artinya berilmu atau
memiliki keahlian dalam mengemban amanah yang dipundakkan kepadanya.
Adapaun dua sifat yang
terakhir qawiyyun dan amiinun terdapat di surat al-Qashash ayat
26. Al-qawiyy artinya kuat, maksudnya mampu mengemban amanah, memiliki prinsip
yang kuat sehingga tidak terjatuh pada kelalaian, kecurangan, korupsi,
nepotisme, sogokan dan berbagai hal buruk lainnya yang diharamkan. Al-Amiin
artinya terpercaya, maksudnya tidak akan berkhianat atau melakukan penipuan atas
apa yang diamanahkan kepadanya.
Semoga Allah menanamkan
empat sifat mulia ini ke dalam hati dan menyuburkannya dengan siraman cinta dan
kasih sayang dari-Nya, hingga tumbuh bersemi amal-amal shaleh dengan akar
akidah yang menancap kuat dan kokoh. Sehingga pemilik hati ini barada dalam
barisan yang disebutkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dalam
hadits riwayat Imam Ahmad,
أربع إذا كن فيك فلا عليك ما فاتك من الدنيا حفظ أمانة وصدق حديث
وحسن خليقة وعفة طعمة
“Empat perkara jika keempatnya ada padamu maka
tidak ada kerugian atas dirimu dari apa yang hilang dari kenikmatan dunia :
menjaga amanah, jujur dalam ucapan, bagusnya akhlak, dan menjaga harga diri.” (HR. Imam Ahmad)
mas saya izin buat saya share di buletin dakwah kami an nuur jogja...
BalasHapusterima kasih ya...
jazzakallahkhairan katsira.....
:)
mantap alhamdulillah, luar biasa penjelasannya, izin diserap diamalkan dan disebarkan
BalasHapus