Tadabbur Surat Al-Ankabut ayat 1-3


 Hasil gambar untuk gambar cobaan

Oleh : Samsul Basri, S.Si, M.E.I

الم
Alif laam miim. (QS. Al-Ankabut : 1)

 أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُون

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?. (QS. Al-Ankabut : 2)

 وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِين

َDan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al-Ankabut : 3)

Hikmah dan Pelajaran :

Pertama, surat al-ankabut tergolong surat Makiyyah karena turun sebelum hijrahnya kaum muslimin dari Mekkah ke Madinah. Berjumlah 69 ayat dengan tema sentral pembahasannya adalah seputar akidah Islam, seputar tauhid, atau seputar prinsip sjaran Islam. Pembahasan itu akan melahirkan Islamic worldview yaitu cara pandang orang beriman mengenai ragam dan variasi masalah kehidupan. Sebagai contohnya, peristiwa alam seperti asap kebakaran hutan yang sedang melanda sebagian wilayah Indonesia, menyebabkan terhambat bahkan terputusnya jalur perekonomian, tercemarnya udara berdampak pada sakit di dada dan pernafasan. Terjadinya krisis air bersih, kemiskinan dan kemelaratan terjadi dan kematian tak terelakkan dari kaum yang lemah, anak-anak, wanita dan lansia. Peristiwa alam seperti ini bukan karena seleksi alam, atau alam dianggap sedang tidak bersahabat dengan manusia. Tetapi karena perilaku manusia yang tidak taat kepada Allah, tidak mengindahkan ajaran Islam dalam memenuhi aspek kehidupannya sehingga berdampak dengan datangnya musibah tersebut. Allah menjelaskan hal ini di surat ar-rum ayat 41,

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar. (QS. Ar-Rum : 41)

Kedua, surat Makiyyah umumnya mengangkat kisah-kisah. Khususnya kisah-kisah para Nabi dan Rasul, menggambarkan betapa para Nabi meskipun mereka sebagai makhluk yang mulia dan terkasih namun perjalanan kehidupan mereka sering diperhadapkan dengan tantangan, rintangan, kesulitan, hinaan dan penolakan dari kaumnya.

Di dalam surat al-ankabut ini, diceritakan kisah Nabi Nuh a.s yang berdakwah mengajak kaumnya  950 tahun lamanya namun dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan jumlah pengikutnya hanya sekitar 80 orang saja. Artinya, kalau mau dirata-ratakan maka dalam rentang waktu 11 sampai 12 tahun hanya sekitar satu orang yang berislam mengikuti ajaran beliau a.s. Sementara tantangan yang dihadapinya dalam kurun waktu yang lama itu tak lagi berbilang saking banyaknya, dan hanya bisa diadukan kepada Rabb yang Maha berkuasa atas segala sesuatu.

Di dalam surat ini juga dikisahkan bagaimana ketegaran Nabi Ibrahim a.s ketika harus menghadapi kelaliman raja Nambrud yang menetapkan hukum bakar bagi dirinya a.s karena dianggap provokator dan pemberontak.

Juga akan  ditemukan kisah kaum Luth yang melakukan penyimpangan sexsual yang berdampak pada kehinaan dan kebinasaan mereka.

Tujuan dari kisah-kisah mereka tentulah hikmah dan pelajaran bagi kaum yang berfikir dan mau mengambil pelajaran.

Ketiga, penamaan surat ini "Al-ankabut", diambil di ayat ke 41 surat ini. Ayat yang menjelaskan tetang serapuh-rapuhnya esensi kehidupan rumah tangga adalah kehidupan rumah tangga Laba-laba. Sebagai permisalan bagi siapa saja yang tidak menyembah Allah, permisalan bagi mereka yang bergantung, bersandar dan mencari perlindungan kepada selain Allah. Sehingga hilanglah fungsi rumah tangga sebagaimana dijelaskan di surat ar-rum ayat 21,

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar-Rum : 21)

Salahsatu fungsi rumah tangga pada ayat tersebut adalah terciptanya ketentraman, dan diantara makna ketentraman itu adalah mustaqar yaitu adanya rumah atau tempat tinggal. Jadi surat al-ankabut ayat 41 menggambarkan tentang pentingnya rumah, tetapi rumah yang betul-betul berfungsi bahwa rumah itu adalah sakinah fil mustaqar (ketenangan berada di dalam rumah) dan sakinah fil qalbi (ketentraman di dalam jiwa). Meskipun rumahnya besar, elit dan megah namun jika dua ketenangan itu hilang maka hilanglah fungsi rumah tangga itu. Lantas apalah arti kemewahan ?

Keempat, surat al-ankabut diawali ayat yang terdiri dari huruf-huruf almuqaththa'ah. Tak seorang pun yang memahami makna darinya kecuali Allah. Tetapi para ulama tafsir menjelaskan bahwa ayat setelah ayat yang terbangun dari huruf-huruf almuqaththa'ah ini harus diperhatikan dan diseriusi karena pasti ada pesan yang sangat penting dan besar. Seperti kelanjutan di surat al-ankabut ini, bahwa ternyata keimanan itu akan diuji dan dievaluasi oleh Allah. Dengan demikian tidaklah cukup iman itu sekedar pengakuan lisan, tetapi harus mengakar kuat dan terbenarkan di hati serta pembuktian dalam bentuk amalan perbuatan.  Sehingga nyatalah mereka yang jujur dengan keimanannya dan yang berdusta dengan keimanannya. Lihatlah kisah Ammar bin Yasir, Khabbab bin al-Arat,  Bilal bin Rabbah dlsb yang telah mampu melewati ujian Allah dengan kesabaran dan keikhlasan sehingga kelak di akhirat nanti mereka berhak mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Rabb mereka berupa kemenangan dan kebahagiaan di dalam jannah-Nya.

NB : Tulisan ini disadur dari kajian Tafsir di Masjid Al-Hijri I Air Mancur Bogor setiap hari Ahad pukul 05.30 sd 06.00 . Yang disampaikan oleh Dekan Fakultas Pascasarjana UIKA Bogor, Bapak Prof.KH. Didin Hafiduhuddin, MS (Hafidzhahullahu). Semoga bermanfaat. Zaadaniyalllahu  wa iyyakum 'ilman wa rizqan.

0 komentar: